Anak-anak, makhluk yang dikategorikan belum dewasa, belum produktif, atau belum mengalami pubertas (Wikipedia, 2011). Secara psikologis anak didefinisikan sebagai individu yang peka dan memiliki sikap dan perasaan yang berbeda dengan orang dewasa, sehingga anak dikatakan
berbeda dengan orang dewasa (Agustinus, Locke, dan Sobur dalam
http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/pengertian-anak-tinjauan-secara-kronologis-dan-psikologis/). Secara umum, anak-anak adalah tahapan hidup kedua - setelah bayi - yang dapat dikatakan
belum matang layaknya orang dewasa.
Secara pribadi saya memiliki ketertarikan pada tingkat pemikiran dan kecerdasan yang ada pada diri anak-anak. Tak jarang, ada pelajaran berharga & bermakna dari tingkah polos mereka, yang kadang luput dari perhatian orang dewasa. Berikut beberapa diantara cerita ringan yang menyentuh hati & pikiran saya.
Darinya ada perhatian yang besar bagi orang lain...
Cerita ini meluncur dari mama, tentang adik sepupuku yang duduk di bangku TK. Dengan polosnya Ia berkata pada mama saya - yang merupakan Bu'de nya: "Bu'de, kalau nanti Radit ga ketemu Bude, pulangnya ati-ati ya..."
Kalimat seperti ini tak akan meluncur begitu saja dari mulutnya tanpa contoh atau kebiasaan baik orang-orang terdekatnya. Pelajaran untuk saya: sampaikan do'a tulus untuk orang-orang tercinta, langsung ataupun tidak. Kalimatnya telah membuat saya malu, karna selama ini hanya mau memberi doa secara tidak langsung untuk mama dan bapa......
Darinya belajar arti kerukunan & perdamaian...
"Ayo dong, baikan. Marahan itu kan ga baik."
Kalimat singkat yang aku dengar dari seorang anak - berusia sekitar 4 tahun - yang tampak sedang marahan dengan teman sepermainannya.
"Ayo sini...", jawab temannya yang dengan ragu bernjak maju untuk mengulurkan tangan.
Kejadian selanjutnya adalah, yaahh.. hanya tebakan saya sih, kedua anak tersebut 'baikan' dan kembali bermain atau mungkin 'marahan'.
Pelajaran untuk saya: jangan biarkan nafsu setan & emosi mengendalikan diri. 'Marahan' hanya menimbulkan kerugian bagi kedua pihak, seperti yang tersirat dari peribahasa "menang jadi arang, kalah jadi abu"...
Darinya saya belajar arti menyambung silaturahmi...
Sore ini, hp saya berdering tanda ada panggilan masuk. Gadis. Murid saya di tempat mengajar saya sebelumnya. Tak ada maksud istimewa dari telponnya, hanya 'curhatan' santai namun menyumbang banyak informasi berguna buat saya.
Well, dari yang sayang tangkap, telpnya hanya sebagai sarana menyambung tali silaturahim denganku,
mungkin sebagai tanda hormat padaku sebagai 'mantan' gurunya...
Oya, telpon sore tadi adalah yang kedua setelah saya tak lagi mengajarnya. Saya pun merasa terharu, tersentuh, juga senang tak terhingga seraya berpikir: "ternyata masih ada di antara mereka yang ingat pada saya..."
Anyway, 'bocah' semuda itu dengan cerita polosnya mau meluangkan waktunya untuk mengobrol denganku. Bagaimana dengan saya?? Sudahkah saya menyambung tali silaturahim dengan teman atau guru saya??
Yak, tepat, cerita ini menyadarkan saya, juga mengingatkan kembali betapa tidak maunya saya melakukan tindakan yang Gadis kecil lakukan. Terlalu!
Cukup, tiga cerita berbeda menyentuh & menyadarkan saya, walau belum tentu membuat saya berubah. Setidaknya, potret langsung di atas berhasil, dan memang seharusnya, membuat saya merasa malu.
Polosnya anak-anak ternyata mampu menyiratkan pelajaran berharga & bermakna, yang bisa menyadarkan orang dewasa ^_^
|
Keriangan Anak-anak |