Tuesday, 5 July 2022

Registrasi BSI Mobile Banking

Buat saya, memiliki mobile banking adalah suatu kebutuhan. Awalnya karena butuh banget untuk menunjang transaksi online shop saya. Tapi kini meski sudah tidak jualan seaktif dulu, saya tetap merasa terbantu dengan adanya akun mBanking tersebut.

Transaksi yang biasa saya lakukan lewat mBanking antara lain:

  • Beli pulsa & token listrik
  • Bayar shopee (lumayan jadi gak ada biaya transfer)
  • Transfer untuk kebutuhan hidup #eeaaa
  • Transfer untuk donasi

Setelah punya mBanking BRI selama beberapa tahun, belum lama ini saya tergoda registrasi mobile banking BSI (Bank Syariah Indonesia). Alasannya : untuk mengurangi biaya transaksi transfer.

BSI kan merger bank-bank BUMN syariah ya. Kalo dulu mereka masih berdiri sendiri-sendiri, saya pasrah kalo harus kena biaya transfer antar bank terus : rekening saya BSM harus transfer ke BRI Syariah, atau BSM ke BNI Syariah. Yaudahlah ya kena biaya tambahan mau gimana lagi.

Tapi sejak BSI ada, beberapa sasaran transfer saya menjadi lebih ringkes kan: BSI aja. Seneng karna sama bank nya so gak ada biaya transfer. Masalahnya, gerai ATM BSI di wilayah tempat tinggal saya jarang ditemui. Jauh, gak efisien. Sekalinya ada 1 yang deket & strategis, mesin nya suka eror. Zzzz. Akhirnya bulat sudah tekad saya untuk registrasi mobile banking.

Dan ternyataaaa, daftar mBanking BSI bisa dilakukan tanpa harus datang ke kantor cabang. Cukup download aplikasi mBanking nya, lalu sediakan pulsa. Kita bisa hubungi Call Center BSI untuk registrasi dan minta kode aktivasi mBanking. Kalo beruntung, 1x dapat kode aktivasi sudah bisa berhasil. Prosesnya juga cepat.

Tuesday, 16 November 2021

"KENAPA MENJADI GURU?"

Menjadi guru adalah cita-cita pertama saya, yang terbayang saat kelas 1-2 SD dulu. Sebabnya, saya melihat guru adalah sosok yang keren; karena bisa membuat saya memahami dan menguasai hal-hal baru. Guru-guru kelas saya selalu mengajar dengan sabar, bersikap ramah, bersahabat, dan tegas.

Pada masa itu, saya merekam semua kalimat dan gaya mengajar guru saya. Sepulang sekolah, saya langsung berperan jadi guru, mempraktikkan apa yang guru saya lakukan di sekolah. Iya, saya jadi guru-guruan yang menulis di papan tulis (ada papan tulis di rumah), menunjuk 'murid-murid' (khayalan) untuk menjawab soal, membagikan buku-buku untuk para 'murid'.
Seabsurd itu memang saya dulu 😁
Semakin besar, cita-cita mulia jadi seorang guru sempat berganti-ganti dengan yang lain. Sampai akhirnya di penghujung SMA, orangtua memberikan pencerahan agar saya menempuh jurusan kependidikan.
Orangtua saya bukan seorang guru, namun mereka mengarahkan saya menjadi guru karena betul-betul memikirkan masa depan saya. Dalam nasihatnya mereka menyebutkan bahwa menjadi seorang guru berarti memiliki kesempatan untuk berbuat baik dan memberikan manfaat bagi orang lain. Kebaikan yang guru sampaikan pada anak didiknya bisa menjadi amal jariyah. Ilmu yang diamalkan dan disampaikan lagi pada anak didik bisa menjadi ilmu yang bermanfaat.
Dari nasihat-nasihatnya, jelas orangtua saya mengarahkan saya pada kepentingan akhirat, selain manfaat duniawi yang bisa juga didapatkan. Menjadi guru berarti memiliki waktu yang lebih fleksibel, sehingga kelak ketika sudah berkeluarga saya masih punya banyak waktu dengan keluarga.
Saat itu saya baru teringat lagi akan cita-cita Dessy kecil menjadi seorang guru. Bismillah, dengan do'a dan ridho orangtua saya mantap memilih jurusan pendidikan kelak mengabdi sebagai seorang guru.

Tapi….
Keyakinan ini tergoyahkan dengan kondisi keluarga yang bisa dibilang tidak ada penghasilan tetap.

Monday, 12 July 2021

Catatan dari PPDB SMAN Jabar 2021

Tahun pelajaran ini adalah kali kedua saya menjadi wali kelas 9. Sudah menjadi hal yang umum bila menjadi walas kelas akhir berarti siap mendampingi ananda sampai ke jenjang sekolah berikutnya.

Auto paling sibuk deh para walas 9 ini, karena drama tugas yang tak berkesudahan: menjadi panitia kegiatan Ujian Sekolah, merekap nilai rapot semester 1-5, mengolah nilai semester 6, menginput nilai rapot semester 6 & mengolah nilai ijazah, menjadi panitia kegiatan wisuda, sampai yang terakhir mendampingi siswa yang akan mendaftar ke SMA/K negeri.

Beruntung, urusan terkait SKL (Surat Keterangan Lulus) dan SKKB (Surat Keterangan Kelakuan Baik) dihandle oleh Wakasek Kurikulum. Jadi para walas tinggal membagikannya saja :)



Berbeda dengan pengalaman pertama menjadi wali kelas 9 dulu dimana saya tidak terlibat secara langsung dalam pendaftaran ke sekolah negeri, di tahun ini kami para walas mendapat tugas membantu siswa selama kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA/SMK Negeri.

Meskipun sebetulnya proses pendaftaran cenderung lebih mudah dari zaman dulu -sekarang pendaftaran full secara online- ada saja orangtua atau siswa yang kesulitan; atau sekedar merasa tidak yakin saat mau mendaftar. "Takut salah klik atau pencet tombol," katanya.

Alhasil, sejak PPDB SMA/K Negeri tahap 1 dibuka tanggal 7 Juni 2021 lalu, para walas berganti peran menjadi Mas dan Mbak CS yang siap sedia menghadap laptop dan menghubungi siswa/orangtua siswa layaknya sedang merayu para nasabah.

Siswa putri kebanyakan dipandu melalui telp untuk pendaftarannya, sementara siswa putra memilih datang langsung ke sekolah untuk ketemu walasnya. Ada juga yang datang bersama orangtua, lengkap dengan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk diupload.

Saya yang pegang kelas putri, di hari pertama pendaftaran tahap 1 menghubungi 17 siswa baik untuk memandu atau sekedar memastikan persyaratan mereka lengkap dan mereka sudah berhasil mendaftar.

Buat saya yang baru pertama ikut kegiatan seperti ini, wow ribet dan melelahkan. Tapi saya justru belajar banyak dari proses PPDB ini. Dan karena partner walasnya pun asik, jadi yah sedikit berkurang penat dan lelahnya :')

Wednesday, 7 July 2021

Wrap Up: Januari - Juni 2021

Jika seorang bookstagram atau bookblogger akan membuat postingan Wrap Up setiap bulan, biarkan saya yang bukan keduanya memborong sekaligus dalam rentang 6 bulan alias setengah tahun.


Sejak awal tahun 2021, saya tidak merancang target jumlah buku yang harus dibaca dalam setahun. Tidak seperti dua tahun sebelumnya yang berturut-turut saya pasang target 24 buku dalam setahun. Yes, artinya cuma 2 buku saja tiap bulannya. Target dua tahun belakangan yang tidak tercapai dengan baik membuat saya lebih santuy dalam membaca di 2021, sehingga tidak memasang target apapun.

Kesibukan di hari-hari sekolah yang KBMnya hampir 70% dilaksanakan secara daring menjadi alasan saya jauh dari kegiatan membaca. Baru di pertengahan tahun 2021 tepatnya menjelang libur akhir tahun ajaran, kegiatan membaca menemukan kembali gairahnya. Hal ini berulang setiap tahun kok. Saat liburan apalagi masa pandemi yang membuat gak bisa kelayaban kemana-mana saya baru akan merasa butuh kegiatan berfaedah, apalagi kalo bukan membaca.

So here is the wrap up selama setengah tahun 2021:

  1. MARYAM karya Okky Madasari. Tertarik saat membaca sinopsisnya di iPusnas. Tentang mereka yang terusir karena iman di negeri yang penuh keindahan. Maryam dan keluarganya menganut agama yang menjadi mayoritas di negeri ini, namun mereka tidaklah sama. Setidaknya itu yang orang-orang bilang tentang Maryam.

  2. ENTROK karya Okky Madasari. Setelah menikmati tulisan Mbak Okky di novel 86 dan Maryam, saya penasaran dengan bukunya yang lain. Entrok lah yang terpilih setelah membaca review para bookstagram. Kisah hidup Marni dan anaknya, Rahayu rumit sekaligus menarik untuk diikuti sampai habis. Marni dan Rahayu, dua orang yang terikat darah namun asing bagi satu sama lain. Keduanya hidup dalam pemikiran masing-masing tanpa ada titik temu. Kerumitan kisah hidup kedua wanita ini dimulai dari sebuah Entrok, yang baru saya tau artinya setelah membaca novel ini.

Monday, 4 January 2021

PPG Dalam Jabatan 2020

Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan (PPG Daljab) adalah program yang saya tunggu-tunggu sepanjang tahun 2019. Setelah lulus pretes tahun 2018, saya mengajukan persyaratan PPG yang akan dilaksanakan pada 2019.

Namun dari angkatan 1 hingga 5 nama saya belum juga tercantum sebagai peserta. Alhasil di akhir tahun tersebut saya mengajukan kembali persyaratan PPG ke dinas pendidikan kabupaten Bekasi, Alhamdulillah berkas masih diterima setelah saya ketar ketir karena menyerahkan di hari terakhir pemberkasan.

Ketika awal tahun 2020 diwarnai kehebohan dan kecemasan terkait pandemi Covid-19, saya merasa hopeless dengan PPG ini. Waktu itu dalam bayangan saya, ketika banyak program yang dicanangkan harus ditunda atau bahkan dibatalkan, mungkin salah satunya adalah PPG.

Tapi saya salah. Bulan Juni 2020 saya mulai mendapat info kembali tentang PPG, dan Alhamdulillah tak disangka nama saya muncul sebagai peserta PPG Daljab 2020 Angkatan 1! What a surprise! Disaat saya pasrah tidak menunggu-nunggu, kejutan itu datang.

Sunday, 3 January 2021

2020 Dalam Cerita

2020 adalah tahun yang istimewa, ada perubahan-perubahan besar yang dialami sepanjang tahun ini. Bukan hanya oleh saya, tapi juga oleh manusia di jagat raya. Pandemi Covid-19 menjadi headline di seluruh dunia sejak akhir tahun 2019, dan menjadi momok menakutkan bagi rakyat Indonesia sejak kasus ini ditemukan pertama kali di negeri ini pada awal 2020. Sejak itu, semua tak lagi sama. Saya dan berjuta orang di luar sana dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi. 

Di penghujung tahun 2020, saya berusaha menghimpun serpihan-serpihan cerita hidup saya sepanjang tahun ini. Bukan hanya dampak pandemi Covid-19, ternyata ada juga momen-momen lain yang amat berkesan & ingin saya kenang sehingga ceritanya perlu saya tuangkan di sini :))

JANUARI

  • ((1)) Tahun 2020 diawali dengan hujan deras dalam waktu lama, sampai terjadi banjir dimana-mana, termasuk di tempat Ibu dan Mama. Alhamdulillah di tempat kami, banjir tidak berlangsung lama. Tapi kejadian ini meninggalkan kesan karena tahun baru yang sejatinya disambut sukacita, diiringi dengan ujian sesaat yang membawa derita.
  • ((16)) Bulan ini, Mbah Seno -kakak Mbah Putriku- meninggal. Agak menyesal ketika terakhir kali saya pulang ke kampung halaman pertengahan 2019 belum menyempatkan diri silaturahmi kesana, jadi sudah cukup lama saya tidak berjumpa dengan beliau. :((
  • ((18-19)) Setahun tidak menjabat sebagai manajemen, saya masih diikutsertakan dalam kegiatan Rapat Kerja Yayasan beserta seluruh elemen manajemen dan pegawai SIT Islamia. Raker dilaksanakan di Bandung selama 2 hari. Alhamdulillah program kerja SMP dapat dipresentasikan dengan baik, dan saya bisa ikut liburan singkat di objek wisata viral yang saat itu belum lama dibuka: the Great Asia Africa, Lembang.
  • ((25-26)) Menjadi Ketua Panitia pada kegiatan Perkemahan Sabtu Ahad (Persahad) untuk siswa kelas VII. Ini momen berkesan karena pertama kalinya saya menjabat ketua pada kegiatan kesiswaan di sekolah, jadi masih amat canggung dan bingung. Sebelumnya saya terbiasa memimpin kegiatan di ranah kurikulum, yaitu seputar kegiatan ujian. Maka pengalaman ini menjadi sangat berharga.
FEBRUARI

  • ((20)) Pade Heru -kakak kedua Mama- meninggal dunia, dengan musabab sakit. Awalnya saya langsung merencanakan pulang kampung mengajak Mama dan Bapak. Namun karena satu dan lain hal, kami urung pulang. :(( Sedihnya, beliau yang dulu mengurus saya semasa kecil ketika Mama kerja. Dulu Mama sering cerita betapa beliau telaten mengurus Dessy kecil. Semoga Allah tempatkan beliau di jannahNya, Aamiin.
  • ((28-29)) Saya dan suami tes SKD CPNS untuk pertama kali nya. Kami mendaftar di kementerian yang sama, sehingga Alhamdulillah mendapat lokasi tes yang sama, daerah Buah Batu Bandung. Jadwal kami pun berdekatan karena disusun berdasarkan abjad para pelamar. Hasilnya? Alhamdulillah kami lulus SKD, nilai kami melampaui passing grade yang ditetapkan. Not bad lah untuk kami yang pertama kali nya ikut tes ini. Namun kami belum lolos ke tahap SKB, karena kalah peringkat :)

Wednesday, 11 March 2020

Menutup Polis Asuransi? Begini Caranya

2015 lalu adalah awal saya didaftarkan suami dalam asuransi, Prudential. Kami terdaftar sebagai nasabah untuk asuransi kesehatan, dengan premi Rp. 350.000 per bulan. Dari awal diniatkan untuk nabung sih, karna Alhamdulillah kami tidak pernah menderita sakit berat. In case ada pengobatan yang diperlukan, bisa untuk cadangan juga.

Akhir tahun lalu setelah diskusi panjang, saya dan suami sepakat menutup polis asuransi kami. Iya betul, kami sudah bulat tekadnya untuk berhenti dari Prudential. Dan Alhamdulillah terealisasi lah di awal tahun 2020 ini.

Dalam prosesnya kami sangat terbantu dengan pelayanan dari Prudential, karna tidak ada birokrasi yang sulit dan pegawainya melayani dengan ramah.

Sumber dari sepulsa.com