Monday, 1 July 2019

Mendadak Mudik

Satu rencana yang tidak terlintas dalam agenda liburan panjang saya adalah mudik. Idul fitri tahun-tahun lalu saya mudik ke kampung suami (Cirebon-Kuningan), tapi jauh sebelum Ramadhan suami bilang lebaran tahun ini kami gak akan mudik ke kampungnya. Mudik ke kampung saya (Purwokerto) pun rasanya tidak akan masuk dalam agenda karena orang tua saya paling anti mudik saat lebaran; karena padatnya semua moda transportasi dan lalu lintas serta rumah Bulik ku tempat kami biasa menginap pun penuh dengan keluarga yang mudik.

Tapi, tetiba tercetus saja ide mudik ke kampung saya waktu Mama saya sadar liburan idul fitri & sekolah saya cukup puanjaaang. Beliau mengajak saya mudik sehabis lebaran. Tujuannya silaturahmi dan mengisi waktu liburan yang panjang, karna di benaknya terbayang saya akan bosan liburan panjang tanpa kegiatan, pun ditinggal suami yang sudah harus masuk kantor.

Setelah minta izin suami dan cerita ke mertua, okelah saya dapat izin buat mudik sama Mama dan Royan (keponakan saya, anak pertama adik saya) dengan diantar Bapak. Baru nanti suami dapat tugas menjemput saya seminggu kemudian. Saya mudik cuma seminggu, karna ada 1 hari harus masuk sekolah sebelum libur lagi, jadi gak bisa bablas mudik sampai 2 minggu. Btw kesian suami juga lama-lama ditinggal, sayapun tak kuat menahan rinduuuu hahahaha.

Alun-Alun Purwokerto

Kami berangkat mudik ke Purwokerto (PWT) naik kereta.

Kalau 2 tahun lalu pernah ke PWT naik kereta Serayu sama teman-teman, kemarin kami pilih kereta yang agak manusiawi dari sisi lama waktu perjalanan. Hahaha. Bapak rekomendasikan kereta ekonomi Jaka Tingkir yang hanya menempuh waktu 5 jam dari Senen-PWT. Jauh lebih singkat dibanding Serayu yang sampai 12 jam karna lewat jalur Selatan.

Pas berangkat, tiketnya seharga 135ribu, untuk anak diatas 3 tahun bayar tiket. Waktu pulang saya naik kereta yang sama namun harganya beda, yaitu 180rb PWT-Senen tapi turun di St. Bekasi. Entah itu harga biasa atau harga libur lebaran ya, tapi so far masih terjangkau.

Rencana kami sesampainya disana pasti mau silaturahmi dong karna banyak keluarga disana, wisata kuliner, sama plesiran.

Silaturahmi Alhamdulillah kesampean, ke rumah mbah-mbah (om dan tante) dari Bapak dan rumah kakak-adiknya Mama. Kalo biasanya kami ke PWT seringnya kemana-mana dianter sama Om, adik iparnya Mama, kemarin beliau gak bisa nganter karna ada pekerjaan keluar kota selama 5 hari. Alhasil, kemana-mana kami naik Grab/GoCar. 

Mahal dong? Enggak. Murah banget malah. Sekali naik Grab/GoCar (dengan jarak yang dekat yaaa) di PWT hampir sama kayak ongkos saya naik GrabBike/Gojek di Tambun. Kemarin ongkos kami bervariasi, dari yang paling murah 11ribu sampai paling mahal sekitar 50ribu (PWT-Sokaraja). 

And it really helps yaa disaat kami gak dapat mobil sewaan dan gak dapat pinjaman motor, apalagi kalo pergi sukanya rombongan, naik transportasi online semacam itu bener-bener bikin nyaman. Malah jatuhnya si ongkos lebih murah ketimbang naik angkot. 2x naik angkota disana kemarin, sekali jalan ongkosnya 4ribu/orang, jauh-dekat. Otomatis transportasi online jadi pilihan yang praktis dan nyaman. 

Tapi, si transportasi online ini gak bisa jemput penumpang di Stasiun PWT yaa, bisanya cuma antar kesana. Paling kalo mau, nunggunya harus diluar stasiun. Di dalam stasiun sudah tersedia taksi sih, mungkin karna itu si transportasi online dilarang masuk.

Oke, lanjut ke soal kulineran. Dari Tambun udah niat banget sampai PWT mau cari cenil. Hahahaha. Alhamdulillah kesampean, dibeliin Bulek ku di Pasar Pon.

Cenil, gambar diambil dari sini

Kuliner lain yang kemarin sempet dimakan (karna ada yang gak sempet juga hehe) mendoan, dage, cenil, jalabia, nasi rames berlauk oseng tempe cabe hijau & kriuk (runtuk dari goreng tepung gitu loh), bakso Banaran, sroto Sokaraja, dan pastinya Soto Ani. Ada juga sih masakan yang jarang ditemui di Tambun, kayak tumis daun pakis, urap pakai kecombrang, dan pecak ikan nilem. Saya baru tau nama ikan itu, kecil-kecil ikannya. Sayang kebanyakan kuliner tsb gak terdokumentasikan, saking nikmatnya suasana sehingga fokus makan kadang gak ingat buat foto hahaha.

Bakso Banaran itu sebutan Mama saya aja sih, untuk sebuah warung bakso kecil tapi legendaris di daerah Banaran. Oya Banaran itu dikenal sebagai daerah penghasil kerajinan karet ya, karet ban gitu yang diubah jadi tempat sampah, tempat duduk, sampai sandal. 

Balik ke bakso Banaran, warungnya kecil banget ternyata. Cuma ada 3 meja panjang di dalamnya, dengan 6 kursi panjang gitu. Baksonya sih bakso urat biasa, dengan mi kuning gepeng yang khas PWT. Yang beda, ada taburan kacang tanah goreng di atasnya. Enak kan makan bakso bareng kacang gitu.

Bakso Banaran

Bakso ini terkenal dan laris loh. Kalo lagi rame, jam 1 siang juga udah ludes baksonya. Harga per porsi bakso Banaran 12ribu. Bisa nambah lontong/ketupat. Khas nya PWT gitu, makanan berkuah dimakan sama lontong/ketupat, bukan dengan nasi. 

Next, Soto Ani. Ini sih warung soto wajib banget dikunjungi kalo ke PWT. Selain emang rasanya enak, warung ini milik Bulek ku, adik iparnya Mama. Jadi kami bisa kulineran sekaligus silaturahmi kaaannn :)

Warung ini super istimewa. Letaknya di dalam gang, dekat Alun-alun PWT, tapi pelanggannya banyak dan super laris juga. Kebanyakan langganannya warga PWT beretnis Cina, yang sekali datang bisa serombongan sama teman dan keluarganya. 

Sering juga Bulek dan Om saya menerima pesanan dalam jumlah besar, dan untuk langganan ada layanan pesan antar loh. *promosi banget ini hahaha* Oiya menu utama Soto Ani adalah soto ayam kampung, dengan santan, tapi ayamnya bisa empuuk banget gitu.

Seperti khasnya soto di PWT, disajikan dengan ketupat ya langsung dicampur di mangkuk sotonya. Ada sambal kacangnya juga, bisa juga ditambah telor pindang dan usus kering. Hmmmm adek ipar saya yang lagi hamil aja sampe jauh-jauh nyusul kami ke PWT demi makan soto Ani ini :D

Soto Ani, gambar diambil dari sini

Lanjuuut ke sroto Sokaraja. Waktu main kerumah mbah di Sokaraja, kami nyempetin mampir dong makan di warung sroto yang terkenal juga. Soto Lama, itu nama warungnya. Meski begitu, sotonya baru kok, fresh from the stove hahaha.

Beda dengan soto Ani, kalau disini kami pesan soto daging. Ada juga kok soto ayam dan soto babat iso. Kalau disini sotonya bening, alias gak pakai santan. Secara penyajian sama dengan soto Ani, dalam mangkuknya terdapat ketupat, daging, kecambah, soun, daun bawang, dan kerupuk warna-warni (seringnya yang warna pink itu).

Ada sambal kacang juga pastinya, tapi disini dibuat gak pedas ya. Jadi kalo mau pedas bisa minta sambal cabai lain ke pelayannya untuk dicampur dengan sambal kacangnya. Ditambah mendoan anget lebih maknyooss *ngecesss*

Harga terbaru soto daging di warung tsb 22ribu per porsi. Sepertinya untuk soto ayam dan babat iso juga harganya sama, tapi saya lupa ding hehe maafkeun.


Kalo tadi wisata kuliner, sekarang wisata piknik hahaha. Saya kemarin cuma sempet main ke Lokawisata Baturraden. Selebihnya di rumah aja karenaa.....bengek. Huhu iya 3 malam saya gak bisa tidur karna sesek napasnya kambuh, parah banget lah. Kecapean plus kaget kena udara dingin, jadi sesek bisa sampai 3 hari 3 malam gitu. Alhamdulillah qodarullah bisa sembuh lewat perantara obat dari dokter Widodo di Jln. Pasirmuncang.



Bahas tentang Baturraden sih gak ada habisnya dan bosennya ya. Tahun 2017 lalu saya ke lokawisata ini juga tapi berselang 2 tahun sudah banyak wahana baru disana. Kemarin saya dan keluarga sih cuma jalan keliling di bawah aja, gak sampai naik ke pancuran Telu (3) atau Pitu (7), gak khuadd bos! *waktu itu udah ada tanda-tanda bengek sebenernya, sepulang dari sana bengek beneran T___T

Tiket masuknya 14ribu yaa. Jam 8 pagi kami sampai disana udah buka kok. Relatif masih sepi lah, tapi malah enak karna pas foto di ikon-ikon lokawisata kami gak perlu ngantri hihi.

Masih bebas pepotoan gak ada yang ngantri

Salah satu lokasi baru di lokwisata Baturraden adalah spot foto kekinian, seperti jembatan kaca, paralayang, sepeda gantung, dll semisalnya. Tiketnya 10ribu per orang untuk foto yang dikirim ke HP dan 25ribu untuk foto yang dicetak. Saya gak nyoba sih, karna keluarga gak ada yang mau diajak foto hahaha yakali garing ah foto sendirian.


Untuk jajanan disini, pihak pengelola sudah menetapkan harga, yang terpampang di banner di beberapa titik. Jadi bisa cek harga disitu dulu ya sebelum membeli. Kuliner yang banyak ditemui adalah mendoan pastinya, pecel dan sate kelinci. Tahun 2017 lalu saya pernah coba sate kelinci nya, enak ternyata, empuk dan gurih.


Di depan setiap pedagang makanan biasanya tersedia tikar yang bisa dipakai pembeli secara gratisss.

Aksesoris juga banyak dijual disini ya. Kemarin denger abang tukang gantungan kunci menawarkan dagangannya seharga 10ribu untuk 3 gantungan kunci. Kalo aneka gelang dijual mulai harga 15ribu. Tapi untuk topi, Bapak beli kena harga 35ribu, cukup mahal kalo untuk topi biasa gitu.

Di dalam lokawisata juga banyak mainan anak-anak, kayak mobil-mobilan dan motor-motoran aki, juga kereta mini. Rata-rata tiketnya seharga 10ribu.


Wahana lain yang bisa dinikmati di dalam lokawisata antara lain kolam renang, teater 4D, pemandian air hangat, kolam ikan dan terapi ikan. Tiap wahana punya harga tiket yang berbeda.


Terakhir, tempat yang kami kunjungi di PWT adalah sarean, atau pemakaman, Mbah Kakung dan Mbah Putri saya - orangtuanya Mama. Letaknya di Pemakaman Tara Marila, daeran Tanjung PWT. Tidak menjadi agenda wajib, tapi Alhamdulillah setiap kami mudik ke PWT bisa menyempatkan mengunjungi makan Mbah, sekaligus jadi pengingat untuk diri sendiri.

Makam Mbah Putri, bersebelahan dgn Mbah Kakung

Nahh panjang yah akhirnya cerita mudik dadakan ini. Saya mencoba menikmati banget liburan singkat di PWT kemarin, karna sejak menikah baru kemarin saya mudik dalam waktu yang agak lama, biasanya cuma PP karna ada agenda penting tapi gak bisa izin lama hehehe.

Alhamdulillah hepi lah bawaannya kemarin, meski sebagian besar waktu dihabiskan dirumah karna sakit. Tapi bener gak nyangka, mudik yang dadakan ini bisa kesampean dan menyenangkan lah. Satu hal sih yang kurang, karna saya gak bisa mengajak suami liburan bareng disana. Semoga lain waktu ada kesempatan buat saya dan suami liburan agak lama di PWT. Biar dia juga bisa menjelajah kampung saya hehehe.

Efek gak bepergian, mainnya ke sawah belakang rumah aja

Kalo kamu, ada cerita menarik apa selama mudik kemarin?

14 comments:

  1. Asyiknya bisa mudik mba, saya dong belum sempat mudik.
    Nggak kuat di ongkosnya, serta masih banyak kebutuhan lainnya.

    Nasib jauhan banget dari rumah ortu, kalau nggak ada modal lebih, nggak bisa mudik deh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahh kudu bersabar ya Mbak kalo jauh gitu krn pasti berat di ongkos :D sekalinya mudik nanti bisa dipuas-puasin deh :)

      Btw. mudiknya kemana Mbak? Semoga tahun depan bisa mudik yaa

      Delete
  2. Walah saya malah keinget warung ani yang ada di meme, harganya mahal banget. Apa jangan jangan itu warung ani yang disebut sebut di meme meme. Hehe peace mbk

    Wisata kuliner menggiurkan banget mana banyak tempat yang dikunjungi, dihhh bikin ngiler pingin wisata kuliner jugakk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyajuga ya Mbak, sama nama warungnya ternyata ya. Cuma beda lokasi & menu hahaha :D

      Betul mba seru wisata kuliner apalagi utk makanan yg cuma bisa ditemui di kampung halaman :)

      Delete
  3. batu raden memang tempat wisata paling terkenal ya mba di purwokerto.
    kulineran nya banyak juga mba, saya kemarin mudik gak sempet kulineran macem-macem, mepet waktunya. hehe..
    bakso banarannya khas banget ya pke kacang gitu. baru tau saya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, Baturraden udah kayak maskot wisatanya kota Purwokerto deh hehe.
      Semoga lain waktu bisa mudik lebih lama yaa Mbak :)

      Delete
  4. wisata kuliner dan ziarah :) keren... alhamdulillah ya mba bisa merasakan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah Mas bahagia rasanya mah, walau "cuma" seminggu & sempet sakit jugaa :)

      Delete
  5. Baturaden sudah jadi identitas Purwokeerto. Saya penasaran dengan bakso banaran dengan mi gepeng khas Purwokerto. Nice info

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mas, ingat Purwokerto lantas ingat Baturraden deh. Boleh dicoba Mas kalau mampir ke PWT :)

      Delete
  6. Wah bagus banget pemandangannya. Jadi ingat dulu study tour ke pulau jawa sepuluh hari naik bus tetap riang gembira karena pemandangan di jalan yang memanjakan mata.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa Mbak, pemandangannya bagus plus udaranya masih sejuk banget. Sepuluh hari di jalan wow pasti pegel yaa Mbak, hehe :)

      Delete
  7. Cenilnya bikin ngiler. Jadi pengen ke Baturaden juga nih Mbak,aku terakhir ke sana waktu masih TK.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup cenilnya ngangenin Mbak, hehehe. Hayuh ngebolang ke sana lagi Mbak, udah banyak tempat wisata di sekitar Lokawisata Baturraden loh :)

      Delete