Friday 11 November 2011

Sore Senja

Sinar sore menyeruak lembut
Membelai halus wajah sang dara
Meninggalkan rona merah pewarna jiwa
Jauh terlempar dari langit biru

Dia termangu menanti senja
Mematung bagai burung kehilangan cahaya
Sore ini, ya.. membawa nuansa berbeda
Menggelitik otaknya dengan cinta dan cita

Hai sang awan, yang berkejaran tanpa lelah
Bawa aku...bawa aku jauh ke lembah merah
Nafasku, terlalu sesak untuk dipaksa
Menanti senja yang diseret asa

Saat nanti sang senja datang
Sore kan terbang kembali ke sangkar
Tuhan punya rencana yang masih tersimpan
Bagi sang dara yang duduk bersandar

Senja, cepat hampiri aku
Aku tak mampu lebih lama termangu
Mengais kehampaan jiwa yang dungu
Diam tersiksa dalam kungkungan nafsu, dan malu

Monday 31 October 2011

Sumpah Pemuda


Wahai engkau tuan muda
Prajurit bangsa yang gagah dan tangguh
Melawan takut yang tersimpan di dada
Demi nusantara senantiasa utuh

Sumpahmu meraung, membahana seantero nusa
Menyatukan raga yang dulu terpisah
Mengobarkan semangat membara
Para muda yang berjuang tanpa lelah

Kala sang muda telah pergi
Bait-bait janji masih terpatri
Mengalir di setiap sanubari

Janji ini yang menjadi cambuk
Bagi penerus baris kemerdekaan
Tak akan kami biarkan lapuk 
Demi yang telah merdeka, bangsa Indonesia

ns.dessy 
31 Oktober 2011
*dadakan ^o^

Wednesday 26 October 2011

Belajar dari 'Anak-anak'

Anak-anak, makhluk yang dikategorikan belum dewasa, belum produktif, atau belum mengalami pubertas (Wikipedia, 2011). Secara psikologis anak didefinisikan sebagai individu yang peka dan memiliki sikap dan perasaan yang berbeda dengan orang dewasa, sehingga anak dikatakan berbeda dengan orang dewasa (Agustinus, Locke, dan Sobur dalam http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/11/19/pengertian-anak-tinjauan-secara-kronologis-dan-psikologis/). Secara umum, anak-anak adalah tahapan hidup kedua - setelah bayi - yang dapat dikatakan belum matang layaknya orang dewasa.

Secara pribadi saya memiliki ketertarikan pada tingkat pemikiran dan kecerdasan yang ada pada diri anak-anak. Tak jarang, ada pelajaran berharga & bermakna dari tingkah polos mereka, yang kadang luput dari perhatian orang dewasa. Berikut beberapa diantara cerita ringan yang menyentuh hati & pikiran saya.

Darinya ada perhatian yang besar bagi orang lain...
Cerita ini meluncur dari mama, tentang adik sepupuku yang duduk di bangku TK. Dengan polosnya Ia berkata pada mama saya - yang merupakan Bu'de nya: "Bu'de, kalau nanti Radit ga ketemu Bude, pulangnya ati-ati ya..."
Kalimat seperti ini tak akan meluncur begitu saja dari mulutnya tanpa contoh atau kebiasaan baik orang-orang terdekatnya. Pelajaran untuk saya: sampaikan do'a tulus untuk orang-orang tercinta, langsung ataupun tidak. Kalimatnya telah membuat saya malu, karna selama ini hanya mau memberi doa secara tidak langsung untuk mama dan bapa......

Darinya belajar arti kerukunan & perdamaian...
"Ayo dong, baikan. Marahan itu kan ga baik."
Kalimat singkat yang aku dengar dari seorang anak - berusia sekitar 4 tahun - yang tampak sedang marahan dengan teman sepermainannya.
"Ayo sini...", jawab temannya yang dengan ragu bernjak maju untuk mengulurkan tangan.
Kejadian selanjutnya adalah, yaahh.. hanya tebakan saya sih, kedua anak tersebut 'baikan' dan kembali bermain atau mungkin 'marahan'.
Pelajaran untuk saya: jangan biarkan nafsu setan & emosi mengendalikan diri. 'Marahan' hanya menimbulkan kerugian bagi kedua pihak, seperti yang tersirat dari peribahasa "menang jadi arang, kalah jadi abu"...

Darinya saya belajar arti menyambung silaturahmi...
Sore ini, hp saya berdering tanda ada panggilan masuk. Gadis. Murid saya di tempat mengajar saya sebelumnya. Tak ada maksud istimewa dari telponnya, hanya 'curhatan' santai namun menyumbang banyak informasi berguna buat saya. Well, dari yang sayang tangkap, telpnya hanya sebagai sarana menyambung tali silaturahim denganku, mungkin sebagai tanda hormat padaku sebagai 'mantan' gurunya...
Oya, telpon sore tadi adalah yang kedua setelah saya tak lagi mengajarnya. Saya pun merasa terharu, tersentuh, juga senang tak terhingga seraya berpikir: "ternyata masih ada di antara mereka yang ingat pada saya..."
Anyway, 'bocah' semuda itu dengan cerita polosnya mau meluangkan waktunya untuk mengobrol denganku. Bagaimana dengan saya?? Sudahkah saya menyambung tali silaturahim dengan teman atau guru saya??
Yak, tepat, cerita ini menyadarkan saya, juga mengingatkan kembali betapa tidak maunya saya melakukan tindakan yang Gadis kecil lakukan. Terlalu!

Cukup, tiga cerita berbeda menyentuh & menyadarkan saya, walau belum tentu membuat saya berubah. Setidaknya, potret langsung di atas berhasil, dan memang seharusnya, membuat saya merasa malu.
Polosnya anak-anak ternyata mampu menyiratkan pelajaran berharga & bermakna, yang bisa menyadarkan orang dewasa ^_^ 
Keriangan Anak-anak