Wednesday 30 January 2019

Ekspektasi VS Realita Pernikahan

Pernah punya impian selangit tentang pernikahan dan kehidupan setelahnya? Bermimpi dapat pasangan ideal nan sempurna, mesra dengan pasangan sepanjang waktu, punya anak-anak pintar lagi menggemaskan, dan sekian mimpi lain yang indah. Setelah menikah, berapa poin impian yang terwujud? Lalu gimana menyikapi impian yang jauh dari harapan?

Saya termasuk yang punya impian tentang pernikahan dan kehidupan rumah tangga, ternyata suami pun punya impian yang serupa. Tapi hanya sebagian yang bisa kami wujudkan, minimal sampai menjelang tahun kelima pernikahan kami. Selebihnya, kami sadar bahwa perjuangan masih panjang!



Tuesday 22 January 2019

Cabut Gigi Pakai BPJS

Dari sini

Bukan pakai alat pencongkelnya ya bu?? Hehe.

Saya punya ketakutan yang cukup parah sama yang namanya periksa gigi. Padahal gak pernah punya pengalaman menyeramkan sama dokternya, melainkan belum bisa mengontrol takut saya terhadap alat-alat dokter gigi yang selalu bikin sakit berasa semua gigi mau rontok.

Saat kecil saya jarang sekali mau diajak ke dokter gigi. Alhasil gigi saya tidak terawat, banyak juga yang berlubang. Jaman sekolah dulu pernah ditambal, tapi gak bertahan lama alias tambalannya copot. Setelah itu gak pernah saya periksa gigi lagi sampai beberapa waktu lalu terdorong untuk lebih aware sama kesehatan diri sendiri.

Berawal dari cerita teman perjuangan promil yang menyarankan gigi-gigi berlubang sebaiknya ditambal dulu sebelum mulai promil. Trus saya makin terganggu dengan karang gigi dan gigi berlubang yang semakin sering sakit. Akhirnya akhir tahun lalu bertekad mau ke dokter gigi.

Setelah mencari alternatif klinik gigi di sekitar Tambun, pilihan jatuh pada faskes 1 layanan BPJS yang saya dan suami punya. Kami baru setahun ini punya BPJS; dibuatkan sama kantor suami yang baru. Pengalaman sama BPJS juga masih nol. Makanya kami putuskan untuk periksa gigi pakai BPJS, itung-itung mencoba layanan kesehatan ini.

Monday 21 January 2019

Cerita dari Kampung Inggris - Part 2

Seminggu berada di Kampung Inggris, Pare Kediri terasa menyenangkan buat saya, meskipun kegiatannya cenderung monoton. Tapi ada aja keseruan dan hal-hal baru yang saya temui disana. Maklum, kan ceritanya ini kunjungan kedua rasa perdana. Kunjungan jaman KKL dulu hanya sehari, jadi gak bisa yang mengamati daerah sekitar banget. Datang saat momen liburan seperti kemarin rasanya seru. Ramai, jadi suasana 'kampung Inggris'nya tempat pelajar berkumpul kerasa banget.

 

Lembaga

Saya mulai dari lembaga tempat SMPIT Islamia bekerjasama dulu ya, Arrohman English Center (AEC). Lembaga ini sudah bekerjasama dengan berbagai sekolah femes, kalo saya lihat dari banner yang dipampang di gerbang kantornya. Ini adalah rekomendasi dari sekolah Islam di sekitar Tambun, Bekasi juga. Testimoninya, program di lembaga ini dipadukan dengan kegiatan keIslaman jadi tidak akan menghilangkan ciri khas sekolah. Alasan lain kami memilih lembaga ini karna tempat belajarnya menyatu dengan penginapan sehingga kami gak perlu bolak-balik setiap mau berangkat belajar.

Sayangnya, kami telat reservasi tempat. Kemarin kami menginap di MM House & Resto, penginapan rekanan AEC. Sebetulnya AEC punya penginapan utama yang menyatu dengan kantor pusatnya. Tapi kami keduluan sekolah lain yang sudah reservasi di sana. Kabarnya kalau mau dapat tempat di AECnya untuk holiday program bulan Desember, sekolah sudah harus booking dari Januari. Uhuk. Betapa larisnya lembaga iniihhh....

Well MM House & Resto juga not bad. Hanya tempat belajarnya saja yang tidak kondusif karna gak ada ruang kelas khusus. Siswa belajar di aula, lorong di depan meja makan, dan depan kamar. Kurang pas untuk belajar kalau kata saya mah. Untuk kamar cukup lah, ada kipas angin dan kamar mandi di hampir setiap kamar. Makannya pakai sistem prasmanan. Nah kalau waktunya makan usahakan langsung makan deh. Kemarin saya sempat gak kebagian makan karna telat, keburu diberesin cuy meja makannya. Huh.

Tentang program, kami sepakat AEC sudah menyusun program belajar dengan cukup baik. Namanya cuma seminggu ya, jadi belum kerasa lah hasilnya yang siswa langsung jadi fluent gitu. Tapi at least ada semangat untuk speak up karna disana benar-benar di push untuk try speaking English. Alhamdulillah masih kebawa semangat ngomong Inggrisnya sampai di sekolah :)

Metode pembelajaran juga cukup beragam sih, misalnya: singing, clapping, saying with gesture, saying aloud the words, atau role play. Tutornya semangat, secara jiwa muda menggelora LOL. Materinya cukup sesuai sama materi sekolah, dan ada modul untuk pegangan materi siswa. Tutor disana menghandle semua kegiatan. Jadi siswa kami benar-benar dipegang sama tutor, termasuk kegiatan ibadah hariannya. Kami guru-guru bisa sesekali kasih 'wejangan' sih tapi rasanya tetap dominan para tutor. Pas lah kalau panitia guru yang ikut tidak perlu banyak orang, karna kita tidak begitu terlibat selama program belajar.

Sunday 13 January 2019

Cerita dari Kampung Inggris

Kalau ditanya liburan sekolah dan akhir tahun lalu kemana aja, saya rada sensi. Lalu dengan sinis menjawab, apa itu liburan!?! Hahaha. 1 pekan dari 2 pekan liburan dihabiskan buat kerja, sepekan berikutnya diem dirumah karna pakSu masuk kerja. Jadilah bayangan indah liburan ke tempat-tempat wisata ina itu buyar. Plus kan lagi ngirit karna kepengen nabung.


Tapi seminggu kerja ngawasin bocah di Kampung Inggris Pare, Kediri bisa lah dianggap liburan juga. Kerja rasa liburan lah. Karna nuansanya kan beda dengan ketika kerja ngajar di sekolah.




Jadi tanggal 16 s.d. 22 Desember 2018 kemarin tuh saya ceritanya ngawal siswa kelas 8 SMPIT Islamia dalam rangka kegiatan English Camp. Awalnya sih worry yang gimana gitu lah tentang kegiatan ini karna perdana banget diadakan, bawa siswa banyak plus tempatnya jauh pula dan waktunya lama. Tapi nyatanya Alhamdulillah semua lancar jaya (thanks to Allah SWT) dan kegiatannya bisa meninggalkan kesan indah yang bikin susah move on.


Satu tahun loh kami para panitia berjuang ‘mewujudkan’ kegiatan ini. Yang awalnya ditujukan bagi siswa kelas 8 tahun 2017 lalu, nyatanya ada berbagai hambatan sehingga terpending hingga kelas 8 tahun 2018 ini. Alhamdulillah, Allah Maha Baik memudahkan rencana kami (pihak sekolah dan panitia) memboyong 84 siswa untuk merasakan suasana baru dalam belajar di Kampung Inggris, Pare Kediri.




Ini merupakan satu alasan yang membuat kegiatan ini memberikan kesan yang lain bagi saya. Persiapan yang panjang, realita di tempat yang tidak sesuai ekspektasi, bahkan kealpaan-kealpaan panitia dalam beberapa hal teknis menjadi pembelajaran yang amat berharga bagi saya khususnya. Di sana pun bukan hanya siswa yang belajar. Kami para guru juga mendapat pembelajaran dari pengamatan dan pengalaman.

Agustus 2018

Orang tua siswa kelas 8 diundang dalam rapat yang membahas kegiatan English Camp. Alhamdulillah, orang tua siswa merespon positif kegiatan ini. Panitia pun bergerak merencanakan kegiatan dengan lebih detil. Yayasan menyetujui dan menaruh harapan besar pada kegiatan ini; agar ada peningkatan keterampilan siswa dalam penggunaan bilingual di sekolah setiap harinya.

September s.d. November 2018

Orang tua siswa mulai menyicil pembayaran. Siswa semakin antusias menghadapi kegiatan. Panitia semakin sibuk :)
Diantara kerempongan panitia, khususnya ketua-sekretaris-bendahara adalah:
  • Berkomunikasi dengan lembaga belajar yang akan menyediakan pembelajaran sekaligus penginapan (karena survey langsung sudah dilakukan pada tahun sebelumnya, untuk tahun 2018 kami hanya berkomunikasi via telp, WA atau email)
  • Memesan tiket kereta rombongan dan memastikan kami bisa naik dan turun kereta di Stasiun Bekasi (ini cukup menguras tenaga dan waktu karena harus beberapa kali mengunjungi Daop 1 di Stasiun Cikini hingga koordinasi dengan penanggung jawab di Stasiun Bekasi)
  • Mengingatkan orang tua siswa untuk menyelesaikan administrasi kegiatan (hehe yang ini agak sensitif yaaa, tapi karna terdesak untuk memberikan down payment pada lembaga, maka para wali kelas maupun manajemen sekolah terus woro-woro orang tua siswa)
  • Menyusun administrasi kesekretariatan: surat edaran, pembagian kelompok siswa, daftar hadir siswa dan panita, dsb (secara yaaa saya selaku sekretaris gak ingin bawa laptop kesana, jadi prepare banget sebisa mungkin jangan ada format-format yang tertinggal hehe)
  • Briefing siswa mengenai pembagian kelompok, perlengkapan, hingga teknis keberangkatan dan kepulangan