Friday 1 January 2016

STORIES in 2015

Bismillah...

Tulisan ini akan saya awali dengan penyesalan yang mendalam atas ketidakkonsistenan saya dalam mengisi blog ini. Fiuhh, tulisan terakhir tertanda Agustus 2015. Artinya 6 bulan penuh saya tidak menorehkan sedikitpun cerita di sini. Maka hari ini, 1 Januari 2016 saya bertekad memunculkan kembali semangat membaca dan menulis, agar blog ini tak sekedar ditengok tanpa dijadikan tempat berkarya.

2015 bagiku...


Adalah tahun yang luar biasa. Banyak cerita suka dan duka dilalui di dalamnya, yah layaknya hidup yang selalu menampakkan dua sisinya. 

2015 adalah tahun pertama yang secara full saya lalui bersama suami, sebagai keluarga kecil yang berada diantara dua keluarga kami. Ya pada tahun ini kami masih mondar-mandir, dari tempat orangtuaku ke tempat orangtua suamiku. Begitulah yang kami jalani setiap pekan, setahun penuh. Dari sana terasa kebersamaan, kehangatan, cinta kasih dari keluarga kami yang bertambah banyak.


Mengawali tahun 2015 dengan wisata bersama keluarga besar Mama (Candi Prambanan, 2015)

2015 saya lalui bersama suami, waktu kami habiskan berdua, karena amanah dan rejeki berupa anak belum Allah berikan pada kami di tahun ini. Hikmahnya: kami masih bebas menghabiskan waktu berdua, belajar jadi suami & istri yang lebih baik, menjalankan kesenangan dan hobi, menabung untuk masa depan keluarga, menjadi lebih dekat dengan orangtua, dan membantu mereka sebisa kami.

2015, Maret. Menjadi waktu yang indah, genap setahun pernikahan kami. Bersyukur luar biasa karena kini kami sah dan halal sebagai suami istri. Namun daftar PR masih panjang, khususnya PR saya sebagai istri yang belum sepenuhnya bisa melayani suami. Do'a pun terus terlantun, agar Allah mempercayakan momongan pada kami. Alhamdulillah, banyak keluarga & sahabat yang turut mendoakan.

2015, Mei. Salah satu hajat besar sekolah dilaksanakan, Ujian Nasional. Sebagai ketua panitia saat itu, saya menanggung harapan banyak pihak agar ujian bisa terlaksana dengan lancar, dan siswa-siswi dapat kami antarkan ke sekolah yang menjadi tujuan mereka. Kekhawatiran akan pelaksanaan ujian mandiri pertama kali di sekolah kami tersebut membayangi saya, namun perlahan-lahan kebingungan dan ketidaktahuan kami dapat terurai satu persatu sehingga pada hari H pelaksanaan, segala yang dibutuhkan dapat kami siapkan, walau masih ada kekurangan di sana sini. Pengalaman mendampingi siswa untuk menginduk ujian nasional pada tahun sebelumnya menjadi bekal utama saya dalam mengatur pelaksanaan ujian di sekolah. Berminggu-minggu saya dan sekretaris lembur hingga larut untuk mempersiapkan administrasi kegiatan. Pun dengan bendahara yang pusing berkeliling-keliling mengatur anggaran yang luaarr biasa besarnya :) 

Akhirnya, Alhamdulillah Allah mudahkan segalanya, dengan doa dan bantuan dari berbagai pihak, hajat besar tersebut lancar dilaksanakan. Saya lega, bukan karena saya berhasil memimpin hajat ini, namun saya telah memberikan segenap kemampuan terbaik yang saya bisa berikan. Saya mengucap syukur dan terima kasih pada teman-taman, khususnya suami yang selalu siap mendengar ocehan, keluhan, tangisan saya di rumah. Hasil ujian siswa-siswi memang belumlah menjadi yang terbaik, dan masih sedikit siswa yang bisa masuk ke sekolah favorit. Lagi, PR bagi saya dan teman-teman di sekolah untuk membimbing siswa-siswa pada tahun mendatang agar bisa meraih hasil ujian yang lebih baik dan masuk sekolah yang terbaik.

2015, Juni. Sebuah momen pencapaian lain dalam pekerjaan saya di sekolah. Tepat saat kegiatan wisuda siswa-siswi kami, sekolah mengumumkan sang guru terbaik. Saya yang sebelumnya sudah mengetahui siapa guru yang meraih predikat tersebut, sangat antusias menantikan nama sang guru dipanggil. Ya dialah mantan kepala sekolah yang selama 3 tahun masa jabatan bekerjasama dengan baik dengan saya, hehe. Namun ada kejutan yang menyentak saya, lain dari biasanya kali ini predikat guru terbaik diberikan pada 2 guru, sang mantan kepsek daaann....saya! 

Guru Terbaik bersama jajaran Yayasan dan Manajemen Sekolah (SMPIT Islamia, 2015)

Alhamdulillah...kaget luar biasa bercampur rasa aneh, hehe, karena (bukan menyombongkan diri yaa) 2 tahun sebelumnya saya pernah mendapat predikat ini, lantas kenapa sekarang bisa muncul lagi nama saya. Bukannya tak bersyukur, hanya heran, apa yang menjadi pertimbangan manajemen sekolah sehingga memunculkan nama beliau dan saya sebagai guru terbaik. Terlebih saya tahu ada pandangan heran dari beberapa teman. Hehe. Yasudah, anggap saja rejeki dan peringatan agar lebih amanah dalam mendidik para siswa, semangat dan komitmen dengan tugas dan kewajiban sebagai guru. 

2015, Juli. Awal tahun pelajaran baru, manajemen sekolah mengumumkan berbagai kegiatan, jadwal, tugas sepanjang tahun tersebut. Daaann...eng ing eng...nama saya muncul di daftar wali kelas. Tak tanggung-tanggung, saya didaulat jadi wali kelas IX putri! WOW. Sebuah kabar lain yang membuat jantung saya berdetak lebih kencang. Bagaimana tidak, itulah pertama kalinya saya menjadi wali kelas di sekolah tempat saya mengajar kini, pertama kalinya akan menghabiskan waktu lebih banyak dengan 'anak-anak' di kelas sendiri, juga pertama kalinya akan menghadapi langsung para wali murid saat pembagian rapot, tapi saya ditempatkan di kelas IX - yang notabene butuh pendampingan khusus sebagai siswa di level tertinggi. Lagi-lagi saya ambil hikmahnya: amanah yang bisa menjadi pemacu komitmen dan tanggungjawab terhadap para siswa, juga peluang menjadi 'ibu' mereka, sebelum diamanahi peran sebagai ibu sesungguhnya :)

2015, September. Tepat setahun lebih sebulan kepergian adik sepupuku yang seumuran dengan saya. Bulan itu kami harus kehilangan lagi satu sosok keluarga dekat, bude..kakak kandung bapak. Sediihh, karena di pertemuan terakhir dua bulan sebelumnya - saat Idul Fitri - saya dan suami tak ada karena kami pulang ke kampung halaman suami... Tiba-tiba harus melihatnya dalam keadaan kaku, sudah tak bernyawa. Tapi ini adalah jalan terbaik dariNya, karena Allah sayang bude... 

2015, Desember. Alhamdulillah Allah memberikan rejekiNya untuk suamiku menunaikan ibadah umroh melalui perantara bos nya. Rejeki luar biasa yang sangat kami syukuri, walau saya belum dapat ikut mendampingi suami. Semoga di lain waktu Allah berikan lagi rejekiNya agar kami berdua, dan keluarga besar bisa berangkat ke Tanah Suci. Aamiin. Di sisi lain, ada rasa hampa ditinggal suami.. Iyalah, biasa setiap hari selalu ada suami. Nangis bombay pasti adaaa, apalagi momen hari jadi tahun ini saya lewati sendiri tanpa suami. Tapi syukurlah ada keluarga yang masih nemenin saya selama suami jauh di sana. Alhamdulillah, malam tadi ia sudah kembali pulang, dan kami bisa bersama lagi :)

2016 adalah...


Tahun kerja keras. Ya itu mungkin yang bisa menggambarkan target dan resolusi saya pada tahun baru. Kerja keras untuk memperbaiki ibadah dan meningkatkan keimanan & ketakwaan pada Allah swt, memenuhi kewajiban sebagai istri dan calon ibu - Aamiin, berbakti pada orang tua & mertua, mendidik dan membimbing anak didikku, menebar manfaat untuk masyarakat, serta menambah intensitas membaca dan menulis - khususnya di blog ini. Terkesan abstrak memang, karena detil dari resolusi itu hanya akan saya simpan di buku catatan pribadi, bukan di sini. Hehe. Semoga ada mimpi yang terwujud, dan doa yang dikabulkan. Aamiin.


Selamat menempuh hidup di hari yang baru :)

No comments:

Post a Comment