Tuesday 16 January 2018

Sosok itu Nyata....

Maret 2018 nanti genap 4 tahun saya menikah. Selama itu pula saya masih menantikan kehadiran buah hati. Saya sangat sadar bahwa bukan hanya saya yang mendapat ujian penantian seperti ini. Ada keluarga dekat, teman di dunia nyata apalagi maya yang juga mengalaminya.

Sepupu saya dan sepupu suami sama-sama menanti 5 tahun sebelum Allah beri karunia anak. Seorang ibu yang bertemu di bidan bilang, 6 tahun menunggu kehadiran anak. Istri guru saya pun 'kosong' selama 10 tahun. Semua orang tersebut pernah saya temui, bahkan saya dengar langsung cerita perjuangan ikhtiar dan kesabaran menunggu buah hati.

Ada pula cerita tentang orang lain yang tidak pernah saya temui langsung. Beberapa anggota sebuah grup yang isinya wanita pejuang hamil (#menujumenjadiibu2018) misalnya, bercerita bahwa mereka sudah lebih dari 10 tahun menikah, masih menunggu kehadiran anak, dan sudah pada tahap pasrah pada ketetapan Allah. Yang lainnya pernah sharing bahwa ada juga orang-orang sholihah yang mereka kenal harus menunggu lebih lama untuk punya anak. Sampai cerita itu disampaikan pun mereka belum Allah perkenankan menjadi orang tua sesungguhnya.

Dalam kesempatan lain saya menyimak penggalan ceramah Ust. Khalid Basalamah tentang nasihat bagi yang sedang menanti momongan. Beliau menuturkan pengalaman seorang sahabatnya di Arab Saudi sana yang seorang dokter, namun Allah beri ujian untuk menanti buah hati selama 16 tahun lamanya. Qadarullah pada tahun ke-16, beliau diberi amanah seorang anak. Beberapa tahun kemudian beliau kembali diberi anak kedua serta ketiga. Subhanallah...setelah menunggu begitu lama, Allah beri karunia padanya bertubi-tubi.

Begitu banyak cerita tentang orang-orang yang mendapat ujian serupa dengan saya rupanya belum cukup bagi saya untuk merasa tenang. Seringkali saya masih uring-uringan dengan ujian ini. Seolah semua cerita di atas, meskipun nyata didapat dari sumber yang dapat dipercaya, tidak lantas membuat saya bangkit dari putus asa :(

Sampailah pada suatu hari di awal tahun ini, dengan izin Allah saya bertemu seorang murabbi baru di kelompok pengajian saya. Di awal kedatangannya, beliau bercerita singkat tentang dirinya. Termasuk cerita bahwa beliau belum dikaruniai anak. Saat itu saya agak terkejut dan langsung penasaran sudah seberapa lama beliau menikah.

Pada sesi perkenalan, mengalirlah cerita tentang pribadi beliau. Dan ceritanya membuat saya semakin ternganga, beliau sudah menikah selama 22 tahun dan belum Allah karuniai seorang anak pun! Langsung panas rasanya mata ini... Kalau gak ditahan-tahan pasti saya sudah nangis.... T__T

Betapa tidak, masyaa Allah saya salut dengan kesabaran beliau yang luar biasa. Beliau juga pastinya telah melewati masa-masa sulit seperti yang sedang saya alami. Tapi seiring waktu, perasaan galaunya berubah menjadi kepasrahan kepada Allah semata. Menurutnya, tak perlu risau karna jika sudah waktunya maka Allah akan beri rejeki tersebut.

Beliau mengisi waktunya dengan menuntut ilmu dan mengajar kelompok-kelompok pengajian agar tidak hanya memikirkan tentang anak. Dengan begitu, waktu yang beliau miliki menjadi lebih bernilai dan menjadi ladangnya memberi manfaat bagi orang lain. Saya begitu salut dengan kepasrahan beliau.

Saat itu saya sadar sesadar-sadarnya bahwa anak adalah benar-benar hak Allah. Hanya dengan campur tanganNya lah karunia tersebut akan datang pada orang-orang yang terpilih. Tugas kita hanya berusaha dan yakin bahwa Allah Yang Maha Mengabulkan akan juga mengabulkan doa kita suatu hari nanti.

Setelah pertemuan pertama itu saya bertambah semangat untuk menuntut ilmu darinya. Saya pun bertekad untuk 'mengorek' cerita tentang ikhtiar bahkan kepasarahannya. Semoga semangat, keyakinan, dan kepasrahannya dapat menuntun saya pada rasa sabar dan syukur yang tak berujung dalam menanti buah hati. Aamiin :)

No comments:

Post a Comment