Monday 21 January 2019

Cerita dari Kampung Inggris - Part 2

Seminggu berada di Kampung Inggris, Pare Kediri terasa menyenangkan buat saya, meskipun kegiatannya cenderung monoton. Tapi ada aja keseruan dan hal-hal baru yang saya temui disana. Maklum, kan ceritanya ini kunjungan kedua rasa perdana. Kunjungan jaman KKL dulu hanya sehari, jadi gak bisa yang mengamati daerah sekitar banget. Datang saat momen liburan seperti kemarin rasanya seru. Ramai, jadi suasana 'kampung Inggris'nya tempat pelajar berkumpul kerasa banget.

 

Lembaga

Saya mulai dari lembaga tempat SMPIT Islamia bekerjasama dulu ya, Arrohman English Center (AEC). Lembaga ini sudah bekerjasama dengan berbagai sekolah femes, kalo saya lihat dari banner yang dipampang di gerbang kantornya. Ini adalah rekomendasi dari sekolah Islam di sekitar Tambun, Bekasi juga. Testimoninya, program di lembaga ini dipadukan dengan kegiatan keIslaman jadi tidak akan menghilangkan ciri khas sekolah. Alasan lain kami memilih lembaga ini karna tempat belajarnya menyatu dengan penginapan sehingga kami gak perlu bolak-balik setiap mau berangkat belajar.

Sayangnya, kami telat reservasi tempat. Kemarin kami menginap di MM House & Resto, penginapan rekanan AEC. Sebetulnya AEC punya penginapan utama yang menyatu dengan kantor pusatnya. Tapi kami keduluan sekolah lain yang sudah reservasi di sana. Kabarnya kalau mau dapat tempat di AECnya untuk holiday program bulan Desember, sekolah sudah harus booking dari Januari. Uhuk. Betapa larisnya lembaga iniihhh....

Well MM House & Resto juga not bad. Hanya tempat belajarnya saja yang tidak kondusif karna gak ada ruang kelas khusus. Siswa belajar di aula, lorong di depan meja makan, dan depan kamar. Kurang pas untuk belajar kalau kata saya mah. Untuk kamar cukup lah, ada kipas angin dan kamar mandi di hampir setiap kamar. Makannya pakai sistem prasmanan. Nah kalau waktunya makan usahakan langsung makan deh. Kemarin saya sempat gak kebagian makan karna telat, keburu diberesin cuy meja makannya. Huh.

Tentang program, kami sepakat AEC sudah menyusun program belajar dengan cukup baik. Namanya cuma seminggu ya, jadi belum kerasa lah hasilnya yang siswa langsung jadi fluent gitu. Tapi at least ada semangat untuk speak up karna disana benar-benar di push untuk try speaking English. Alhamdulillah masih kebawa semangat ngomong Inggrisnya sampai di sekolah :)

Metode pembelajaran juga cukup beragam sih, misalnya: singing, clapping, saying with gesture, saying aloud the words, atau role play. Tutornya semangat, secara jiwa muda menggelora LOL. Materinya cukup sesuai sama materi sekolah, dan ada modul untuk pegangan materi siswa. Tutor disana menghandle semua kegiatan. Jadi siswa kami benar-benar dipegang sama tutor, termasuk kegiatan ibadah hariannya. Kami guru-guru bisa sesekali kasih 'wejangan' sih tapi rasanya tetap dominan para tutor. Pas lah kalau panitia guru yang ikut tidak perlu banyak orang, karna kita tidak begitu terlibat selama program belajar.

Di Pare terdapat buanyaaaak lembaga kursus. Hampir setiap rumah yang saya lihat disana menawarkan program kursus. Dari informasi yang saya dapat, tiap lembaga kursus ini seperti punya spesialisasi masing-masing. Ada yang lebih unggul di keterampilan speaking, di grammar, persiapan TOEFL, sampai tempat kumpulnya para pemburu beasiswa. Sebut saja ada ELFAST, Daffodils, atau Titik Nol. Tiap lembaga juga biasanya menyediakan penginapan, apalagi yang punya program camp. Penginapannya ada yang selingkungan dengan tempat belajar atau terpisah jauh. Salah satu lembaga yang penginapannya terpisah dari tempat belajar adalah ELFAST; ada penginapan putra dan putri.

Oiya, lembaga biasanya menawarkan program camp dan kursus. Bedanya, kalau camp peserta stay di tempat yang ditunjuk dan mengikuti agenda kegiatan full dari lembaga; kalau kursus ya bisa ambil waktu sesuai jam yang kelas yang dipilih saja. 

Transportasi

Siswa lembaga-lembaga kursus disana terlihat wara wiri menggunakan sepeda. Dari ontel, sepeda berkeranjang sampai model sepeda fixie. Di Jl. Brawijaya dan sekitarnya ada banyak tempat penyewaan sepeda. Kisaran harga sewanya adalah Rp. 80.000/bulan atau Rp. 50.000/minggu. Tapi hati-hati ya kalau bersepeda di Jl.Brawijaya, karna kendaraan yang lewat di jalan utama tersebut ngebut-ngebut banget!

Untuk transportasi online sudah ada kok disana. Bermacam penyewaan mobil sampai elf juga ada, melayani perjalanan hingga ke Bromo juga bisa.

Oleh-oleh

Kediri punya beragam oleh-oleh makanan. Kota penghasil kedelai ini auto jadi penghasil olahan kedelai seperti tahu dan tempe. Toko oleh-oleh yang saya datangi, GSnack, menyediakan panganan khas kota ini. Diantara yang ditunjukkan oleh mbak pramuniaganya adalah: tahu takwa, stik tahu, coklat tahu, coklat tempe, telur asap, kerupuk buah-buahan, sambel pecel, dan getuk pisang.

Harganya terjangkau banget. Gak mahal-mahal, jadi bisa lah bawain banyak untuk keluarga. Kemarin kalau gak ingat akan repot pulang naik kereta sih saya juga pengen borong banyak huhuhu. Mana saya beli getuk pisang dan coklat tempe cuma sedikit khawatir gak doyan, nyatanya nagih banget :'(

Tempat Nongkrong

Pengunjung Pare, Kediri kebanyakan anak muda yang mau belajar kan. Mba-mba dan mas-mas anak SMA, kuliahan atau yang freshgrad yang lagi memperdalam bahasa Inggris. Gak heran kalau di daerah ini terdapat banyak tempat nongkrong: dari cafe kecil, sampai warung kopi yang ramai. Sepanjang yang saya amati, konsep bangunan tempat-tempat tersebut unik dan eye-catching padahal yang gak begitu luas. Nuansanya rame dan hidup khas anak muda. Ditambah harga menu yang gak nguras kantong, pas banget lah untuk pelajar yang merantau hehe, tempat nongkrong ini terlihat selalu ramai apalagi sore menjelang malam hari. Biasanya sambil ngopi-ngopi cantik, muda mudi sambil membahas tugas dari kursusan atau ada yang lagi bersiap menghadapi ujian (hidup) LOL.

Toko Buku

Di Kampung Inggris juga bertebaran yang namanya toko buku (murah). Mostly buku yang dijual ya seputar bahasa Inggris; dari kamus, buku teks grammar, sampai novel jadul berbahasa Inggris juga ada. Jenis buku terbanyak selanjutnya adalah novel. Dari yang remaja hingga dewasa, yang jadul sampai yang viral. Harganya emang murah banget, tapi yaaa sesuai dengan kualitasnya yang yaaaa macam kawe gitu :)


Well, kalau nanti stay disana agak lama dijamin gak bosen dengan lingkungannya yang bikin nyaman ditinggalin, orang-orangnya ramah dan harga barang-barang yang ramah di kantong.
Well, sekian sharing tentang Kampung Inggris Pare Kediri. Kalau temans punya info tambahan, feel free to comment below yaaa :)

2 comments:

  1. hmm... kayaknya saya perlu ngampung ke Pare nih. soalnya meski udah tuwir begini, Bahasa Inggris saya payah banget. hihhihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cobain aja Mbak, sekalian transit sebelum ke Bromo juga bisa kan hehehe :)

      Delete