Friday 17 April 2015

Membentuk Karakter, Menuju Sekolah Terbaik

Sabtu pagi, 11 April 2015.

Yayasan Insania Islamia -tempat SMPIT Islamia bernaung- bekerja sama dengan Penerbit Erlangga mengadakan sebuah pelatihan motivasi bagi bapak & ibu guru SDIT dan SMPIT Islamia. Pelatihan yang mendatangkan sebuah motivator kondang Aris Setyawan ini bertujuan membangkitkan motivasi, dan semangat para guru di tengah padatnya kegiatan sekolah menjelang akhir tahun pelajaran, sekaligus menjadi bekal inspirasi dalam menyambut tahun pelajaran baru yang akan segera tiba.

Aris Setyawan, taken from his blog
Secara umum, pelatihan motivasi ini berisi langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan guru untuk berkomitmen dan istiqomah dalam menjalankan profesinya, tahapan membentuk karakter siswa yang kuat, serta langkah menjadikan sekolah sebagai lembaga pendidikan terbaik. Tulisan ini akan mencoba merangkum materi pelatihan yang disampaikan oleh sang motivator. Selamat membaca.
  1. Seorang guru adalah sosok yang digugu dan ditiru para siswa. Saat seseorang menyandang profesi tersebut, maka orang lain di sekitarnya pun akan secara alami memperhatikan perilaku di kesehariannya, dan tidak jarang yang meniru perilakunya. Akan menjadi sebuah kebaikan bila perilaku yang ditiru adalah sebuah kebiasaan yang baik, namun sebaliknya akan menambah mudharat bila yang ditiru adalah perilaku yang tidak baik. Bila yang terjadi adalah poin yang kedua, maka tak ayal pandangan masyarakat pun akan berubah menjadi negatif terhadap sang guru. Karena sejatinya guru dianggap, diharuskan dan diharapkan memiliki karakter, kebiasaan, dan perilaku yang baik dan mulia.
  2. Seorang guru akan lebih diingat tindakan daripada perkataannya. Sang motivator memberi contoh dengan mengajak audiens untuk mengangkat tangan, mengikuti gerakannya sambil mendengarnya memberi perintah. Namun audiens melakukan kesalahan gerakan saat motivator memerintahkan untuk menyentuh dagu sembari ia menyentuh keningnya. Tak ayal pada audiens mengikuti gerakannya menyentuh kening, hingga akhirnya semua tertawa saat menyadari kesalahannya. Ilustrasi ini juga mengisyaratkan bahwa siswa akan merasa yakin bila guru yakin pada apa yang disampaikannya. Maka dari itu, guru HARUS mengecek kebenaran pernyataan yang akan sampaikan pada siswa. Pada poin ini, motivator juga menyebutkan bahwa tidak semua orang yang mendengar mampu memahami, dan tak semua yang memahami mampu melakukan.
  3. Guru pada tahap selanjutnya perlu memiliki pemahaman yang baik tentang cara belajar siswanya, sekaligus mengasah kreativitasnya dalam mengajar. Sebuah ilustrasi yang bagus disampaikan oleh Pak Aris: di sebuah stasiun di suatu negara tampak dua jenis tangga yang berdampingan, tangga darurat dan eskalator. Setiap saat, orang yang ada di sana menggunakan eskalator, tanpa ada seorang pun yang menggunakan tangga darurat. Suatu hari, sekelompok orang "mengubah" penampilan tangga darurat layaknya sebuah piano raksasa lengkap dengan tutsnya dan bunyi piano saat anak tangga tersebut diinjak. Setiap orang yang akan melewati tangga pun penasaran dengan penampilan baru tangga darurat, sehingga mereka terdorong untuk melewatinya. Orang-orang tersebut makin tertarik dengan bunyi yang muncul saat anak tangga diinjak, tiap anak tangga memiliki bunyi yang berbeda. Sejak saat itu, orang-orang di sana lebih memilih naik lewat tangga darurat. Ilustrasi ini memiliki kesimpulan bahwa guru dapat membuat "tampilan" yang menarik pada pelajaran yang akan disampaikan untuk mengalihkan dan menarik perhatian siswa. Begitu juga sebuah  lembaga sekolah dapat menjadi perhatian masyarakat dan menjadi yang terbaik bila dapat menampilkan sesuatu yang berbeda.
  4. Konsep tahap pembentukan karakter yang disampaikan sang motivator mencakup P3K2 (Pikiran, Perkataan, Perbuatan, Kebiasaan, Karakter). Konsep ini dapat berlaku secara umum bagi siapapun, namum pada konteks ini akan dibahas dengan siswa sebagai sasarannya.
  • Kekuatan Pikiran dapat dibangun atau tanpa sengaja terbangun melalui input yang didengar dan dilihat, maupun pengaruh lingkungan (media dan orang-orang di sekitar). Tantangan besar bagi kita yang hidup pada era kemajuan teknologi dimana arus informasi mengalir bahkan tanpa bendungan. Lingkungan yang menampilkan kejadian, perilaku dan hal lain yang negatif akan dengan mudah mempengaruhi pikiran para siswa. Perasaan galau, putus asa, sumo a.k.a. susah move on, takut, pesimis, labil, dsb merupakan segelintir contoh pengaruh pada pikiran anak-anak masa kini akibat paparan tayangan dan kejadian-kejadian negatif yang lebih banyak didengar dan dilihat dari sekitarnya.
  • Kekuatan Perkataan dapat dilatih dengan memberikan input berupa kata-kata positif pada siswa, sekalipun saat sang guru sedang marah. Memangnya bisa?? Motivator Aris Setyawan mencontohkan untuk menyampaikan "omelan" dengan kalimat positif seperti: "Setau ibu guru, kamu adalah anak yang pandai dan rajin, nak. Maka tunjukkanlah pada ibu, bersungguh-sungguhlah dalam mengerjakan tugas ini hingga dapat selesai pada waktunya!" Contoh lain yang disebutkan adalah menyampaikan pendapat tentang siswa dengan rumus Neg -> Pos, misal "Kamu itu malas, tapi pandai. (Maka ubah sifat malasmu agar pandaimu tak hilang), dsb. Selain kalimat verbal, kata-kata positif dapat pula ditunjukkan melalui visualisasi yang menarik, misalnya pada tiap anak tangga di sekolah ditempatkan kata-kata positif seperti bertanggung jawab, rajin, sopan, peduli pada sesama, dsb. Dengan intensitas membaca dan mendengar berbagai kata dan kalimat positif dari lingkungannya, diharapkan siswa mampu memproduksi (hanya) perkataan yang baik.
  • Kekuatan Aksi dapat dicontohkan oleh guru agar selalu tampil bahagia, enerjik, rapi, dan menarik. Tampilkan juga akhlak-akhlak mulia seperti, berterima kasih pada siswa yang telah mengerjakan tugas/PR, meminta maaf bila datang terlambat, mengatakan "tolong" saat minta bantuan siswa, dsb. Contoh aksi-aksi positif ini akan lebih mudah diingat siswa dan diharapkan dapat diterapkannya pula pada kehidupan sehari-harinya.
  • Kekuatan Kebiasaan dapat mengendap pada diri seseorang bila dilakukan terus menerus, apalagi dengan dukungan positif dari orang-orang di sekitarnya. Kekompakan dalam menerapkan kebiasaan baik pada suatu lingkungan juga dapat mengubah cara pandang orang lain terhadap diri kita, guru dan siswa. Kebiasaan yang dibangun secara bersama-sama dan konsisten pada akhirnya akan melahirkan sebuah karakter yang kuat.
  • Karakter yang kuat merupakan puncak dari seluruh proses penguatan pikiran, perkataan, perbuatan, dan kebiasaan. Pembentukan karakter dilakukan melalui proses yang kontinyu dan konsisten, serta memerlukan dukungan yang kuat dari berbagai elemen yang mendukung, terutama keluarga dan sekolah.
Saat karakter yang baik telah tertanam kuat dalam diri setiap siswa, bahkan tentunya guru-guru, maka jalan untuk menuju predikat "sekolah terbaik", "sekolah berprestasi", atau pun "sekolah unggulan" akan terbuka lebih lebar. Modal utama karakter yang baik telah dimiliki, selanjutnya hanya diperlukan komitmen dan kekompakan dari seluruh pihak (yayasan, guru, siswa, orang tua siswa). Selamat mencoba.

Taken from this web
Kita bukanlah superMAN, tapi kita adalah superTEAM

No comments:

Post a Comment