Tuesday 9 January 2018

"Menjadi Guru: Panggilan Hati atau Demi Gaji?"

Perangkat mengajar, jadwal mengajar, soal-soal ujian, pengayaan dan remedial, supervisi, sertifikasi, sampai akreditasi adalah Beberapa poin yang berkaitan dengan tugas dan kewajiban guru.
Sebagai motivator, fasilitator, inovator ataupun evaluator merupakan berbagai peran yang harus dijalankan guru dalam kegiatan pembelajaran.

Setelah terjun menjadi guru di sekolah, saya baru sadar bahwa tugas guru itu amatlah banyaaaakkk. Tugas administrasi, menyiapkan media dan metode pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, memberikan konseling akhlak, memberikan layanan tambahan bagi siswa yang remedial, menyiapkan bahan ujian, mengoreksi, mengolah nilai, daaannn yang lainnyaaa. Fiuuhh, ternyata menjadi guru tak seenak yang dulu saya bayangkan: setiap hari bisa pulang cepet, bisa ke sekolah pas jam nya mengajar saja, dan tiap siswa libur ya guru libur. Some facts are really correct, while the others will be different at all.

Tugas pokok dan fungsi guru yang bejibun ini nyatanya memang harus dilaksanakan agar bisa memberikan 'pelayanan' maksimal untuk siswa.

Misal aja sebelum mengajar guru perlu membuat rencana, fungsinya ya agar kegiatan pembelajaran bisa dilaksanakan berurutan sesuai cara siswa kita belajar. Saat ada guru yang senengnya langsung aksi tanpa mikirin rencana mengajanya, atau berpikir gimana nanti di kelas, niscaya siswa akan bingung karena si guru pun mungkin tampak kebingungan ketika sudah berada di kelas.

Atau sebaliknya, ada saja tipe guru yang senangnya bermain-main dengan desain rencana mengajar yang apik dan rinci, namun di kelas dia kaku menerapkan rencananya sendiri. Hasilnya, siswa pun tidak mendapat kegiatan pembelajaran yang maksimal.

Tapi justru dari sinilah seorang guru bisa terlihat perbedaannya dengan guru lainnya, termasuk tujuannya mengajar apakah panggilan hati atau hanya sekedar profesi agar tiap bulan mendapat gaji? Aduuh, kok sadis yaaa!?

Gambar terkait
Dari sini

Faktanya ada, setidaknya di lingkungan tempat saya mengajar ataupun teman guru lain yang saya pernah temui.

Guru yang terjun untuk mengajar karena panggilan hati, akan tampak sungguh-sungguh dalam tiap tugas yang ia kerjakan meskipun latar belakangnya bukan dari jurusan pendidikan. Administrasi mengajarnya lengkap, kegiatan belajar mengajar di kelasnya selalu hidup karena sang guru dengan sepenuh hati terlibat di dalamnya, proses bimbingan pada siswa juga bisa berlanjut hingga ke luar kelas. Sebisa mungkin ia selalu mencari cara agar hasil belajar siswanya meningkat. Guru tipe ini juga akan selalu excited dengan ilmu atau pengalaman baru yang bisa membuatnya makin qualified.

Sebaliknya, ada sosok guru yang hanya menjalankan tugas sekedarnya. Yang penting ada administrasi, mengumpulkan, meskipun isinya hanya copas dari tahun sebelumnya. Yang penting mengajar, memberikan tugas, tanpa perlu menganalisa hasil belajar siswanya. Yang penting tugasnya selesai, dan berpikir bahwa semua baik-baik saja karena ia akan tetap rutin mendapat gaji.

Kita lah yang menentukan akan menjadi guru dengan segenap hati atau yang sekedar menunggu gaji. Yang pasti, kesempatan terbuka lebar untuk para guru menebar manfaat bagi umat. Sayang tentunya bila kesempatan itu terlewat begitu saja,

Karena tanpa disadari, sosok guru adalah pengukir sejarah. Lewat ilmu yang guru sampaikan, motivasi yang guru berikan, teladan yang guru tunjukkan akan melahirkan generasi masa depan bangsa sesuai dengan yang guru tanamkan pada mereka. Banyak pihak yang mengandalkan bapak ibu guru, untuk mengantarkan siswa-siswi ke gerbang kesuksesan mereka.

Maka sudah seharusnya para guru meninjau ulang semangat dan tujuan berada diantara para siswa. Janganlah menjadi guru yang sekedar menggugurkan tugas dan kewajiban, dan secara tak sadar berlaku zhalim pada para siswa karena tidak menunaikan hak mereka. Berjuanglah memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk membentuk generasi cerdas yang berakhlak mulia.

Selamat menginspirasi, bapak ibu guru.

Pustaka:
http://penelitiantindakankelas.blogspot.co.id/2012/07/10-jenis-peran-guru.html

6 comments:

  1. Dulu saya pengen banget jadi guru mba, ndilalah takdirnya malah jadi petugas lapas. Hehe. Iya yaa dulu saya suka merhatiin kenapa ada guru yang semngat dan sepenuh hati ngajar jadi pelajaran gampang dicerna ada juga guru yang kayaknya setengah hati, jadi bnyakin tugas aja tanpa peduli muridnya ngerti atau nggak. Semoga makin banyak orang yang mau jadi guru karena panggilan jiwanya untuk mendidik :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mba masih bisa kok jadi guru, buat si jagoan di rumah hehe. Iya mba, siswa aja bisa merasakan loh guru yang mengajar dari hati atau tidak. Doakan kami yaa mba :)

      Delete
  2. Hallo selamat sore ibu , Perkenalkan saya Iven dari Quipper Video , saya ingin mengajak ibu bekerja sama di Program kami (Quipper Edupreneur), ada no hp atau whatsapp yang bisa saya hubungi?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa email yaa mba ke nursetyorini(dot)dessy(at)gmail(dot)com :)

      Delete
  3. Tetep semangat bu des! sekarang muridnya lebih banyak, butuh ekstra kesabaran ^_^ (y)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ahahaa iyaaa terima kasih kakak alumni. Main2 ke sekolah bil, berbagi ilmu sama adik2nya :)

      Delete