Friday 15 May 2015

#BeraniLebih Berani Katakan Tidak

Ga tegaan, ga enakan, manut aja, itulah saya. 
Tidak bisa menolak, tak berani menyanggah, itu juga saya. 

Dalam menjalankan peran sebagai makhluk pribadi, seringkali saya tak bisa berkompromi dengan diri sendiri. Misal, sering menunda pekerjaan hingga waktu istirahat jadi nanggung dan kurang maksimal; masih mengikuti ego untuk bermalas-malasan walau ditunggu oleh seabrek pekerjaan; atau banyak menangguhkan kebaikan seperti belajar masak, menjahit, dan sebagainya. 

Sebaliknya, ketika berperan sebagai makhluk sosial, saya berubah menjadi orang yang tak tegaan, ga enak-an terhadap orang lain. Yang sering terjadi adalah saat orang lain meminta bantuan, mengajak pergi, mengajak melakukan sesuatu bersama, bahkan menyuruh mengerjakan pekerjaannya (bahasa halusnya sih minta tolong,,tapi kerjaannya banyaaakk...jadi pakai kata 'menyuruh', hehe), saya hampir selalu bilang YA walau hati berkata TIDAK. 

Dalam konteks yang berbeda, misal dalam forum rapat, saat ada saran yang disampaikan saya pun tak berani menyanggah walau itu yang sesungguhnya ingin dikemukakan. Sehingga apapun keputusan rapat pada akhirnya, saya akan terlihat manut saja, tanpa menyampaikan pendapat pribadi yang mungkin tak sejalan dengan keputusan yang diambil.

Tampak seperti munafik? Bisa jadi, karena yang saya ucapkan mungkin saja tak sesuai dengan yang dirasa. Namun apa daya, saya terlampau tak berani berkata TIDAK pada apa-apa yang tak sejalan dengan hati.

Seiring berjalannya waktu, saya sadar bahwa sifat ini akan merugikan orang lain, apalagi diri saya sendiri. Karena selamanya saya hanya akan bisa mengIYAkan keinginan orang walau hati merasakan itu sebagai beban maupun hanya bisa manut tanpa pernah berani menyuarakan pendapat pribadi. Saat itulah saya merasa perlu mencoba #beranilebih berani untuk katakan TIDAK pada hal yang tak sesuai perasaan, keinginan, dan keadaan diri. Berawal dari #beranilebih katakan TIDAK, saya selanjutnya akan belajar banyak, yakni berkompromi dengan orang lain atau menerima keputusan yang berseberangan namun baik bagi semua. #Beranilebih berani berkata TIDAK bukan berarti mengedepankan ego pribadi, namun membuka kesempatan untuk lebih berkompromi dan berdamai dengan perasaan sendiri, dengan orang lain maupun kepentingan pribadi dan orang lain.

Sebagai langkah-langkah agar #beranilebih berani berkata TIDAK, saya akan mulai berkomentar dengan gaya nyablak, spontan, kadang diselingi candaan, namun sesuai dengan realita di sekitar. Hal ini sudah saya pelajari dari suami tercinta, para 'senior' saya di tempat kerja, atau orang lain di sekitar saya. Selanjutnya, saat mulai terbiasa untuk bisa menentukan saat untuk berkata YA dan TIDAK serta cara terbaik untuk menyatakannya, saya bisa dengan lantang #beranilebih berani berkata TIDAK.

Usaha #beranilebih berkata TIDAK ini hanya bergantung pada saya, berani atau tidaknya saya memulai dan mencoba. Maka dari itu, saya harus memulainya dari sekarang, agar #beranilebih berani katakan TIDAK tak hanya menjadi seonggok harapan yang saya tuangkan dalam tulisan ini.

Akun FB saya: Dessy Nur Setyorini
Akun Twitter saya: @ns_dessy

https://www.facebook.com/lightofwomen/photos/a.689768644417701.1073741830.668299303231302/864009523660278/?type=1

2 comments:

  1. Bener jg sih mak..memang butuh keberanian n ketegasan utk mengatakan tidak. Cz kalau aku kadang2 dibayangin rasa sungkan, kasihan, dll, jd pasti blg iya deh, pdhal dlm hati menolak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah merasakan hal yang sama ya mak? Sama-sama coba yuk mak, biar plong hatinya...gak pura2 lagi bilang iya padahal tidak mau, hehe :)

      Delete