Sunday 16 August 2015

Anak Muridmu, Anugerahmu



http://quran.com/42
Q. S. Asy-Syuraa, ayat 49


http://quran.com/42
Q. S. Asy-Syuraa, ayat 50

Kedua ayat Al-Qur'an di atas dengan gamblang telah menyiratkan bahwa anak merupakan anugerah yang Allah berikan pada siapa yang Ia kehendaki. Dengan kata lain, anak adalah semata-mata Hak Allah, hanya Allah yang tahu ketetapan terbaik kepada siapa Ia memberikan seorang anak begitu juga waktunya. Manusia hanya wajib berusaha dan meminta pada Allah, hingga Allah berikan apa yang Ia kehendaki.

Kegalauan akan belum hadirnya seorang anak dalam rumah tangga saya - dan suami - terkadang menimbulkan berbagai emosi negatif: sedih, malu, bersu'udzon, labil, dsb. Usaha yang kami mampu lakukan masih terus kami upayakan, seiring do'a yang tak pernah putus mengharap karunia-Nya. Namun mungkin Allah belum menghendaki memberikan anak pada kami, saat ini. Allah akan mengabulkan do'a hambaNya, termasuk do'a kami untuk mendapatkan anak, tapi Allah yang tau waktu terbaiknya. Inilah yang selalu kami yakini.

Saat sedang berusaha mengintrospeksi diri mengenai kesiapan kami menjadi orang tua, nyatanya memang masih banyak PR kami. Mulai dari soal kesehatan, kesiapan mental & fisik, ilmu mendidik anak, ataupun finansial. Mungkin sejauh ini kami masih dirundung rasa egois memikirkan kesenangan kami saja.

Suatu hari secara mengejutkan saya mendapat amanah menjadi seorang wali kelas - ini tahun kelima saya mengajar dan pertama kalinya menjadi walas di sekolah tsb. Di antara gamang antara ragu akan kemampuan diri ini dan ingin sebuah tantangan baru, saya menyimpulkan bahwa lagi-lagi ini adalah rencana Allah. Allah melihat saya mampu, manajemen berharap bahwa saya mampu, maka saya harus berusaha agar mampu.

Ketika kembali pikiran menerawang pada sosok seorang anak yang kami rindukan, sebuah hikmah dan hubungan yang begitu indah dari dua momen di atas muncul di benak saya. Ya, mungkin inilah cara Allah menempa, melatih, mempersiapkan diri saya pribadi untuk menjadi orang tua. Dengan menjadi walas, Allah mungkin akan menilai kesiapan akhlak, mental - terutama kesabaran & kebijaksanaan - juga keilmuan saya untuk berinteraksi & mendidik anak. Pada titik ini saya benar-benar berniat untuk memberikan teladan yang baik, menjalin hubungan yang baik dengan anak-anak & orang tuanya, memberikan nasihat sekaligus teguran di saat yang tepat, menjadi tempat menampung cerita & aspirasi mereka, serta memberikan solusi yang baik terhadap kesulitan & masalah mereka.

Menjadi guru secara umum juga menjadi sarana untuk melatih kesiapan kami sebelum memiliki anak. Namun amanah sebagai walas akan lebih jauh dan dalam terlibat dalam keseharian anak sampai masalah ia di sekolah, di luar sekolah, bahkan di rumah. Jadi mungkin rasanya akan mirip saat nanti punya anak sendiri, hehe.

Inilah yang kemudian saya sadari, bahwa anak muridku juga anugerah yang Allah berikan. Lewat mereka saya akan belajar arti persahabatan, kekompakan, belajar mengasah kesabaran, kedewasaan, kebijaksanaan, dan yang terpenting belajar konsekuensi terhadap keputusan & menjadi teladan yang baik di semua bidang kehidupan. Semoga anugerah Allah lewat anak-anak muridku akan mengantarkan pada kesiapan hakiki menjadi orang tua dari anak kami sendiri, nanti. Insya Allah.


http://shaniisha.tumblr.com/post/74936554895/zahidhdr-saat-melihat-muridmu-menjengkelkan-dan

4 comments:

  1. Jadi malu ih kalau saya suka ngeluh pas anak-anak murid saya pada bandel.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama mak, saya seriiiinggg naik darah kl murid-murid sudah aktif luar biasaaa. Belajar sabar mak, inget kemuliaan yg bisa kita dapat dgn mendidik mereka, hee :)

      Delete
  2. Hehe sama Mak. Murid-murid bikin rasa sepi mendadak jadi rame :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapii bisa sebaliknya yaaa mak, bikin rasa hepi jd darah tinggi, hehe :D

      Delete