Dua bulan berlalu sejak pelaksanaan kegiatan Ujian Nasional Berbasis Komputer di SMPIT Islamia, sekolah tempat saya mengajar. Tapi baru beberapa hari lalu saya terdorong untuk menuliskan pengalaman kegiatan perdana tersebut di blog. Efek lihat blog kosong kayak kaleng kue sehabis lebaran, hehe. Terkejyut juga begitu sadar 5 bulan berlalu tanpa tulisan baru. Huuuaaa.
Tulisan ini bukan berisi teori, kebijakan, peraturan tentang UNBK secara formal ya. Ini hanya bentuk dokumentasi pengalaman saya terlibat dalam kegiatan tersebut. Sebagai pengingat juga bila tahun berikutnya menjadi bagian dari kepanitiaan lagi.
Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) merupakan moda utama ujian nasional yang dicanangkan pemerintah beberapa tahun belakangan. Dilaksanakan secara bertahap, mengingat fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan ini tidaklah sedikit. Awal tahun ajaran lalu sekolah tempat saya mengajar belum memprioritaskan kegiatan ini, kami masih menyiapkan diri untuk ujian berbasis kertas dan pensil, sambil rencananya menyiapkan fasilitas secara bertahap. Namun kebijakan baru dinas pendidikan Kab. Bekasi pada awal tahun 2018 mendorong dengan sangat (a.k.a. mewajibkan) agar semua SMP sekabupaten Bekasi dapat melaksanaan UNBK.
Sontak sekolah-sekolah yang belum memiliki fasilitas pendukung kalang kabut. Apalagi sekolah negeri, yang siswanya ratusan untuk level kelas IX saja sedangkan dana untuk penyediaan fasilitas UNBK masih minim. Sebagai alternatif, SMP negeri yang belum bisa memenuhi fasilitas UNBK diarahkan untuk menginduk pada SMA/SMK yang dari tahun 2017 sudah wajib melaksanakan UNBK.
Tulisan ini bukan berisi teori, kebijakan, peraturan tentang UNBK secara formal ya. Ini hanya bentuk dokumentasi pengalaman saya terlibat dalam kegiatan tersebut. Sebagai pengingat juga bila tahun berikutnya menjadi bagian dari kepanitiaan lagi.
Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) merupakan moda utama ujian nasional yang dicanangkan pemerintah beberapa tahun belakangan. Dilaksanakan secara bertahap, mengingat fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan ini tidaklah sedikit. Awal tahun ajaran lalu sekolah tempat saya mengajar belum memprioritaskan kegiatan ini, kami masih menyiapkan diri untuk ujian berbasis kertas dan pensil, sambil rencananya menyiapkan fasilitas secara bertahap. Namun kebijakan baru dinas pendidikan Kab. Bekasi pada awal tahun 2018 mendorong dengan sangat (a.k.a. mewajibkan) agar semua SMP sekabupaten Bekasi dapat melaksanaan UNBK.
Sontak sekolah-sekolah yang belum memiliki fasilitas pendukung kalang kabut. Apalagi sekolah negeri, yang siswanya ratusan untuk level kelas IX saja sedangkan dana untuk penyediaan fasilitas UNBK masih minim. Sebagai alternatif, SMP negeri yang belum bisa memenuhi fasilitas UNBK diarahkan untuk menginduk pada SMA/SMK yang dari tahun 2017 sudah wajib melaksanakan UNBK.
Fasilitas beres, kami disibukkan juga dengan penyiapan sumber daya manusia. Perombakan susunan kepanitiaan terutama pengawas ujian, pelatihan teknisi dan proktor sebagai 2 orang super yang paling bertanggungjawab tentang teknis pelaksanaan UNBK, sosialisasi untuk pengawas, sosialisasi pada guru dan wali kelas IX serta yang utama persiapan siswa dalam menghadapi UNBK. Belum lagi persiapan siswa untuk mengerjakan soal-soal ujiannya yang di tahun ini juga bertambah tingkat kesulitannya.
*FYI, teknisi itu yang bertanggungjawab terhadap instalasi komputer, program, sinkronisasi, dan penyelesaian masalah terkait fasilitas. Sedangkan proktor bertanggungjawab terhadap teknis pelaksanaan UNBK di ruangan tuh, dari mulai menyiapkan program yang akan dipakai di hari tsb, pengkondisian siswa ketika masuk ruangan-mengerjakan soal-hingga selesai, unduh-unggah administrasi ujian dan jawaban siswa, sampai menutup lagi program di akhir sesi.*
Dengan izin Allah, semua persiapan terbilang cukup matang sampai hari-H pelaksanaan UNBK. Kekurangan maupun kesalahan jelas masih ada, tapi kami cukup bersyukur kegiatan ini berjalan sangat lancar sampai di hari akhir. Pengawas silang yang bertugas di sekolah kami pun sangat kooperatif sehingga kami bisa bekerjasama dengan baik.
Suasana UNBK dengan pengawas silang |
Dan poin-poin tentang UNBK yang saya highlight di sini adalah:
- Naskah soal ujian nasional yang biasanya dicetak dan didistribusikan ke tiap sekolah diubah menjadi bentuk file yang bisa diunduh oleh proktor melalui program UNBK. Ini jelas bisa menghemat biaya pengadaan soal dan membuat proses pengerjaan soal serta pengoreksian menjadi lebih praktis *tidak ada lagi tuh yang namanya menghitamkan identitas diri dan jawaban di LJK hahaha*
- Pemangkasan dana operasional kegiatan juga bisa dilihat dari jumlah panitia yang ikut serta, khususnya pengawas ujian. Kalau biasanya 1 ruang diawas oleh 2 guru, sekolah kami bisa mengirimkan sekaligus membutuhkan 8 guru untuk mengawas. Tapi UNBK di sekolah kami menggunakan 1 ruang, sehingga hanya perlu 1 orang pengawas! Sekolah lain pun yang biasanya menggunakan hingga 10 atau lebih ruangan, saat UNBK hanya perlu kurang dari 5 ruangan. Resikonya, panitia dan pengawas siap bekerja full dari pagi jam 07.30 sampai sore hari jam 04.00, karena kebanyakan sekolah perlu 3 sesi ujian.
- Di sisi lain, persiapan fasilitas UNBK khususnya untuk sekolah yang baru pertama melaksanakan akan memakan biaya sangat besar. Komputer server kisaran harganya 15 juta, perlu server sejumlah ruang ujian yang dipakai. Komputer client per ruangan perlu 25 - 30 komputer tergantung kebutuhan. Kalau gak cukup bisa pakai laptop siswa dan guru. Ada juga biaya untuk instalasi komputer, wifi, tambah daya listrik, juga pembelian genset. Semua sih tergantung kebutuhan dan kemampuan sekolah
- Kalau jaman UN berbasis kertas dan pensil (UNKP) ada piket jaga soal selama UN di rayon, jaman UNBK ada juga piket jaga komputer di sekolah. Butuh biaya juga dong yaa buat konsumsi dan transport guru yang piket
- Resiko kehilangan komputer, kerugiannya lebih besar. Tanggungjawab keamanan lebih besar kalau sekolah pakai laptop siswa, karna siswa ada yang pakai laptop orang tua, saudara, atau bahkan harus beli baru demi u-en-be-ka. FYI, dalam kurun 5 bulan sebelum UNBK kemarin, kami dapat info dari 2 sekolah yang kehilangan komputer 40pcs serta laptop siswa juga. Hiiikkkssss, kesian siswanya itu gimana ujiannya cobaaa :(
- Tentang proses pengerjaan ujian, UNBK membutuhkan kehati-hatian yang lebih lebih dibanding UNKP. Di sini proktor yang bertanggungjawab sekali dari proses log in pogram, log in siswa, menunggu dan memantau saat siswa mengerjakan soal (karna bisa ajaaa ada yang tetiba komputernya mati lah, mode soal tiba2 log out sendiri lah, duuhh), memandu siswa untuk log out secara benar, mengunggah jawaban siswa ke web UNBK pusat (ini proses 'sakral' bagi tiap proktor, karna salah atau lupa untuk mengunggah jawaban maka wassalam lah yaaa...akibatnya nilai siswa kita yang akan zzooonnkkk), dan membackup jawaban siswa kalau2 ada masalah di kemudian hari (misal nilai tidak keluar). Kalau di UNKP kesalahan bisa berakibat hanya pada siswa tersebut, biasanya karena penghitaman identitas atau jawaban di LJK. Tapi di UNBK, kesalahan bisa berakibat buat semua siswa....minimal yang ada pada sesi tersebut, misal ya itu gagal login; jawaban tidak tersimpan atau yang fatal tidak terunggah. Kan ngeeriiii cuy :( Dan ini biasanya tugas proktor, kebayang kan beratnya tugas belio
Sampai difoto demi jadi bukti kalau jawaban sudah diunggah :) - Saat UNBK deg-degannya lebih banyak. Ngerii tetiba mati listrik, atau listrik gak 'ngangkat' karena daya yang kurang, internet gak terkoneksi, atau server down. Yang pasti, tingkat kepanikan panitia, teknisi, proktor, pengawas apalagi siswa bisa jadi sangat berlebihan
- Komunikasi antar panitia di sekolah, di rayon, atau bahkan di kabupaten sangat diperlukan. Gak heran, dari sekian bulan sebelum UNBK ada grup-grup khusus teknisi dan proktor yang isinya penjelasan-penjelasan penting tentang UNBK; jadwal-jadwal sinkronisasi, gladi bersih, dll; keluhan dan solusi untuk masalah yang biasa dihadapi saat UNBK; sampai jadwal piknik teknisi-proktor setelah UNBK. Hahahaa. Pemerintah daerah atau pusat juga menyiapkan semacam contact person yang bisa dihubungi saat ada trouble, helpdesk disebutnya. Bahkan ada loh aplikasi yang bisa dioperasikan dari jauh oleh para helpdesk kalau kita menemui masalah, jadi bisa mempermudah tim untuk membantu proktor dan teknisi. Uwow keren. Intinya, komunikasi ini sangat penting dibangun mengingat kendala teknis UNBK lebih banyak dan lebih tidak terduga, jadi bisa saling membantu lah bila ada sekolah yang menemui kesulitan. Alhasil segala kepanikan juga bisa diminimalisir, krna kita sudah dapat cukup ilmu serta ada tim yang akan membantu. And the group really helps in giving useful info, beruntunglah bisa dapat ilmu di grup itu. Tim helpdesk juga, gercep banget kalau kata anak jaman now mah, mereka yang siap sedia banget kalau dihubungi. Thank you full laaahh :)
Woww, jadinya panjang yah. Macam curhat sama temen se-genk hahaha. InsyaAllah di pelaksanaan UNBK tahun mendatang sudah gak gagap-gagap amat yaa, karna sudah mengalami sendiri. Di balik segala keriweuhan persiapan dan pelaksanaan UNBK, ada hikmahnya juga kok. Moda ujian berbasis komputer nantinya bisa dipakai juga pada evaluasi pembelajaran harian, bukan hanya pada ujian nasional. Kedepannya, guru dan siswa akan sama-sama terbantu dengan ujian berbasis digital seperti ini, karena lebih hemat dan praktis kan. Terkhusus untuk UNBK, semoga selalu ada perbaikan pada sistem dan jaringan sehingga pelaksanaannya bisa berjalan dengan sangat lancar :)
No comments:
Post a Comment